Lihat ke Halaman Asli

Budi Gunawan

Karyawan Swasta

Apa yang Anda Lihat, Itu yang Anda Dapat

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon katanya para atlit - atlit peraih juara dunia adalah seorang aktor yang hebat dia mampu meyakinkan dirinya bahwa dia adalah seorang juara, meskipun dia belum bertanding. Mereka mampu menyiapkan diri baik dari segi fisik (kemapuan/pengetahuan/teknik) maupun dari segi mental, dan tentunya dengan kemapuan ini mereka memiliki rasa percaya dir yang luar biasa. Jadi semudah itukah, hanya dengan membayangkan menjadi kita akan menjadi seperti itu? tentu tidak semua ada proses. Ada yang namanya "memantaskan diri", sehingga keinginan dan harapan mental kita sinkron dengan kondisi fisik kita.

Dalam suatu organisasi secara tidak langsung kondisi ini terlihat dalam pembuatan visi dan misi organisasi. Visi menunjukan apa yang akan kita lihat jauh kedepan, berupa kesuksesan, kejayaan organisasi yang didasarkan pada prinsip - prinsip hidup dan budaya organisasi tersebut. Visi yang bagus dapat menggambarkan secara jelas keadaan yang diinginkan oleh organisasi dengan menggunakan bahasa yang mudah di pahami. Misi adalah sistem prosedural untuk mewujudkan visi organisasi. Untuk mewujudkan visi kita memerlukan langkah - langkah konkrit yang di cantumkan dalam misi tersebut atau jika memakai istilah "memantaskan diri" maka misi adalah kondisi ideal yang sepantasnyalah kita capai agar bisa sejalan dengan visi.

Dalam konsep pengembangan diri maupu  organisasi ada yang namanya goal setting, goal setting adalah penetapan tujuan atau cita - cita yang ingin dicapai secara jelas, jelas tujuannya dan jelas objeknya, dalam istilah manjemen di kenal dengan Management By Objectives yaitu manajemen yang di dasarkan pada objek/ sasaran yang jelas, maka jika perusahaan ingin berjalan dengan baik maka harus di rumuskan dengan jelas apa sasaran yang harus dicapai sehingga semua anggota organisasi mengetahui tujuan akhir dari kegiatan mereka. Istilah goal setting oleh "Erbe Sentanu" peulis buku Quantum Iklas akan lebih powerful jika di transformasikan menjadi Goal Praying. Hal ini akan selaras dengan proses berpikir orang timur yang tidak hanya mengandalkan logika tapi juga menggunakan hati. Goal setting jelas menggunakan otak sebagai penterjemah sedangkan goal praying menggunakan hati (lebih tepatnya jantung/heart) untuk menganalisanya.

Beda lagi dalam istilah NLP (Neuro Linguistik Programming) mereka menyebutnya WFO (Well formed outcome), dimana tujuan - tujuan kita harus dirumuskan dengan baik agar otak kita dapat bekerja dengan efisien dalam mewujudkan tujuan / keinginan kita. Tingkat keberhasilan outcome (tujuan) dalam NLP sanngat di tentukan bagaimana kita membuat WFO ini, WFO yang baik akan mengantrakan kita lebih epat mencapai apa yang di tujukan.

WFO yang baik diantaranya adalah harus jelas, sebisa mungkin dapat di jelaskan oleh banyak indera kita, misalnya bagaimana suaranya, rasanya, kelihatannya, teksturnya, baunya semakin banyak indera yang terlibat akan semakin baik., selanjutnya WFO di rumuskan dalam kalimat positif hindari menggunakan kata tidak contohnya "Saya tidak mau miskin" kata tidak akan sulit d baca oleh pikiran bawah sadar kita sehingga jika terdai distorsi maka yang akan terbaca adalah "Saya ingin miskin" jadi akan lebih baik jika di ganti dengan "Saya ingin kaya", hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa keinginan - keinginan kita memang sesuai dengan apa yang kita inginkan atau keyakinan dan nilai moral dalam masyarakat. Selain itu pastikan juga kita memiliki sumber daya - sumberdaya yang di butuhkan untuk mencapai keinginan itu meskipun hal ini tidak mutlak karena biasanya sumberdaya akan datang dengan sendiri jika kita sudah yakin mendeklarasikan WFO kita.

Dalam era baru atau yang lebih di kenal dengan new age atau apalah itu kita akan di bombardir dengan teori - teori yang lebih powerful misalnya hukum tarik menarik (Law of attraction). berikut saya kutipkan apa kata John Assaraf dalam buku "The Secret"

Tugas kita sebagai manusia adalah memlihara pikiran-pikiran yang kita inginkan, memperjelas apa yang kita inginkan di dalam benak, dari situ kita mulai membangunkan salah satu hukum terbesar di Semesta, dan itulah hukum tarik-menarik. Anda tidak hanya menjadi apa yang paling Anda pikirkan, tetapi Anda juga meraih apa yang paling Anda pikirkan.


Mungkinkah hal ini selaras denga hadist Qudsi yang menyatakan "Allah sesuai dengan prasangka hambanya" ..?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline