Fenomena meroketnya harga kebutuhan pokok saat menjelang Ramadhan bukanlah hal yang mengejutkan lagi. Tidak hanya sembako, bumbu dan sayurpun mengikuti peningkatan harga. Tetapi bagi konsumen, biarpun harga naik yang penting barangnya ada. Konsumen tidak terlalu dibuat bingung. Yang meresahkan jika harga naik barangnya juga langka. Ini baru bisa membuat kegaduhan senusantara.
Uniknya, seberapapun banyaknya sembako, sayur, buah, bumbu dan rempah dipasar, konsumen pasti membelinya dan terkadang penjual kewalahan hingga kehabisan stok. Tidak ada penjual yang kapok hingga kecewa. Apakah ini merupakan suatu keberkahan di bulan Ramadhan?
Fenomena yang lain adalah peningkatan harga sembako dan kebutuhan dapur yang lain tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk membeli baju lebaran. Mempunyaj baju baru yang bisa dikenakan saat idul fitri merupakan suatu kebahagiaan.
Bisa jadi momen lebaran inilah waktu yang tepat untuk membeli baju baru. Bagi sebagian orang dengan ekonomi rendah dan pas-pasan, mereka mungkin tidak mampu membeli baju baru berkali-kali pada satu tahun yang sama. Mungkin saja hanya saat lebaran mereka baru bisa mempunyai baju baru. Mungkin fenomena ini sejalan dengan ungkapan "sengsara membawa nikmat". Kesengsaraan meroketnya harga bumbu membawa kenikmatan pada pemenuhan baju baru.
Ungkapan "selalu ada hikmah dibalik setiap musibah" juga harus tetap kita yakini. Bahwa kesuliatan masyarakat dalam hal harga sembako dam pemenuhan kebutuhan yang lain pasti akan dibarengi dengan kemudahan disisi hidup mereka yang lain. Yang harus dilakukan sekarang adalah sabar dan ikhlas menerima keadaan sembari berusaha mencari solusi terbaik. Jangan pernah terbersit mengambil keputusan instan yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Yakini bahwa"Tuhan tidak akan menguji hambanya diluar kemampuan mereka".