Lihat ke Halaman Asli

Turis Lombok Gak Gitu

Diperbarui: 17 Maret 2023   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat pemberitaan di televisi tentang turis Bali yang berulah di jalan raya membuat sebagian orang geram tapi ada yang menganggapnya sebagai lelucon juga. Ada sisi lucu yang kita lihat kala mereka  diamankan polisi dipinggir jalan dengan dada telanjang dan wajah kebingungan. Mungkin turis Bali ini kesulitan memahami bahasa atau mereka memang tidak mengetahui aturan berkendara yang baik dan benar di negara kita. Menjadi kewajiban bagi pemberi layanan penyewaan kendaraan bermotor untuk menjelaskan kepada wisatawan mancanegara tentang hak dan kewajiban yang harus dimiliki pengendara di negara ini.

Jika kita bertanya adakah kejadian yang sama di daerah lain? Pengalaman saya sebagai orang Lombok, belum pernah menemui kejadian seperti ini. Di Lombok turis-turisnya lebih tertib. Setiap kali saya berpapasan dengan bule yang mengendarai sepeda motor, mereka selalu menggunakan helm dan tidak pernah saya temui bule yang ditilang,  mungkin ini merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap aturan yang ada di negara kita. 

Menurut saya pelanggaran yang dilakukan oleh setiap orang mau itu bule ataupun masyarakat lokal bisa terjadi tergantung dari kesadaran masing-masing. Jika sadar hak dan kewajiban maka pelanggaran itu bisa diatasi demikian sebaliknya.

Mengenai penggunaan visa melancong yang digunakan bule untuk mencari pekerjaan di negara ini mungkin saja terjadi. Saya pribadi di Lombok belum pernah menemukan ada bule yang bekerja di tempat-tempat orang lokal bekerja. Kalau bule yang menikah dengan orang Lombok banyak saya lihat. Bahkan ada bule yang tingkah lakunya lebih merakyat daripada masyarakat lokal setelah mereka menikah. Mereka lebih suka dan antausias ikut nyongkolan (prosesi pernikahan di Lombok), lebih sering makan pelecing (makanan daerah khas Lombok), dan lebih sering memakai lambung (pakaian daerah suku sasak di Lombok), bahkan mereka dengan cepat menguasai bahasa daerah di Lombok yaitu bahasa Sasak.

Kesimpulannya, setiap orang harus mampu mengamalkan pribahasa "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung". Setiap orang harus mau dan mampu mengikuti aturan yang ada ditempat mereka berada baik itu adat istiadat maupun kebiasaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline