Lihat ke Halaman Asli

Dwian Sastika

Manusia Sebatang Kara

Diam Dalam Kesunyian

Diperbarui: 4 Mei 2024   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diam dalam kesunyian, melambangkan keheningan, Seperti molekul gas yang bergerak di ruangan, Tetapi sepi itu membunuh, seakan kematian Tak ada suara, tak ada kehangatan.

Tak ada yang bisa merasakan sakitku, Seperti partikel yang tak dapat diukur dimensinya, Diam dalam kesunyian, tak terucap oleh bibirku, Tetapi menggema dalam hati yang merintih.

Sebuah ruang kosong, tak berwujud dan tak terlihat, Seperti alam semesta yang tak terhingga, Namun tak seindah bintang-bintang di malam yang gelap, Hanya keheningan dan rasa yang semakin dalam.

Namun meski terasa sepi, hati tetap bertanya, Apakah keheningan yang begitu sunyi, Bisa meruntuhkan, melelehkan, menggoyahkan Kekuatan, iman, dan kepercayaan dalam diri.

Diam dalam kesunyian, tak seburuk yang terbayangkan, Terkadang diam memberikan makna yang indah, Kadang membiarkan waktu berbicara sendiri, Tak perlu kata-kata, yang dibutuhkan hanya hati.

Diam dalam kesunyian, kita dapat berpikir dan merenung, Sebuah meditasi yang membawa kedamaian, Kita dapat merenungkan arti kehidupan dan Tuhan, Dalam sepi dan kesunyian, kita dapat menemukan arti kehidupan.

Dalam kesunyian itu, seperti atom yang terpisah, Tetapi sejatinya terdapat perpaduan yang harmonis, Sebuah kesatuan antara kekosongan dan keberadaan, Sebagaimana filosofi Yunani yang disebutkan Parmenides

Maka diam dalam kesunyian, sejatinya mengantar kita pada makna, Sebuah realitas yang tak kasatmata, namun tetap hadir dalam batin, Sebuah keterhubungan yang tak terlihat, namun tetap ada, Sebagaimana teori kuantum yang menyatukan partikel-partikel dalam harmoni.

Lalu kita menyadari, bahwa keheningan itu tak sama dengan kosong, Tetapi sejatinya terdapat semesta yang bergerak dalam ketentuan, Sebuah ilmu yang dipelajari oleh para ahli fisika modern, Yang menggambarkan alam semesta yang selalu berubah dan bergerak dalam evolusi.

Maka dalam diam itu, sejatinya kita sedang merenung, Mencari keseimbangan dan makna dalam kehidupan yang berputar, Sebuah pencarian yang serupa dengan filsuf zaman klasik, Yang mencari kebijaksanaan dan kebenaran dalam kesunyian.

Diam dalam kesunyian, sejatinya memberikan ruang untuk bersenyawa, Sebuah ruang yang tak terukur, namun hadir dalam tiap batin, Sebuah perjalanan spiritual dan kehidupan, yang tak berhenti mengalir, Seperti arus laut yang tak pernah berhenti menghampiri pantai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline