Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Perkembangan Psikologi Pendidikan

Diperbarui: 21 September 2024   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI FILSAFAT

Sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri, psikologi sangatlah kental dipengaruhi oleh filsafat. Psikologi dipengaruhi kental oleh cara-cara berfikir filsafat dan dipengaruhi oleh filsafat itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan para ahli psikologi pada masa itu adalah juga ahli filasafat atau para ahli filsafat saat itu juga ahli psikologi. Para ahli filsafat kuno, seperti Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya. Pada zaman kuno tidak ada spesifikasi dalam lapangan keilmuan, sehingga boleh dikatakan bahwa semua ilmu tergolong dalam apa yang disebut filsafat. Sementara ahli filsafat ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah induk ilmu pengetahuan (Sobur, 2013:73).

Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat, sehingga objeknya tetap hakikat jiwa, sementara metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Tokoh-tokoh abad pertengahan antara lain Rene Dercartes (1596-1650). Psikologi pada saat dipengaruhi oleh filsafat, seperti Rene Dercartes memandaang manusia mempunyai 2 unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu jiwa dan raga. Dirgagunarsa (1996:17) menyatakan berrbagai pandangan tentang jiwa dan raga dapat digolongkan dsalam dua. Pertama pandangan bahwa antara jiwa dan raga (antara aspek fisik dan psikis) tidak dapat dibedakan karena merupakan satu kesatuan. Kedua pandangan bahwa jiwa dan raga pada hakikatnya dapat berdiri sendiri, meskipun disadari bahwa antara jiwa dan raga merupakan satu kesatuan. Pandangan ini disebut dualism

PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU YANG MANDIRI

Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata science berasal dari kata scire yang artinya mempelajari, mengetahui (Soeprapto, 1996:102). Pada mulanya cakupan ilmu (science) secara epistimologis merujuk pada pengetahuan sistematik (sytematic knowladge). Pemakaian yang luas dari kata ilmu diteruskan dalam bahasa Jerman dengan istilah wissenchaften, yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai the humanitis (pengetahuan kemanusiaan). Sementara dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai ilmu-ilmu budaya yang pada umumnya mencakup pengetahuan tentang bahasa dan sastra, estetika, sejarah, filsafat dan agama (Dampier, 1996).

Definisi umum merumuskan bahwa ilmu pengetahuan adalah kajian mengenai dunia eksternal. Ilmu didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan adalah hasil upaya manusia dalam mencari kebenaran tentang sesuatu, melalui suatu penelitian dengan berbagai alat dan persyaratan, yang disusun secara sistematis, sehingga dipelajari, disebar luaskan, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia (Soedjono 1982:2). Untuk dapat dinyatakan sebagai ilmu para ahli umumnya menyebutkan bahwa untuk dinyatakan sebagai ilmu, dituntut syarat-syarat yaitu mempunyai objek tertentu, mempunyai metode tertentu,sistematis dan universal (Sobur, 2013:40).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline