Lihat ke Halaman Asli

Sedikit Coretan tentang Mijil yang Sarat Makna

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dedalane guna lawan sekti
kudu andap asor
wani ngalah luhur wekasane
tumungkula yen dipun dukani
bapang den simpangi
ana catur mungkur

Saya adalah orang jawa, kedua orang tua saya orang jawa, kakek nenek saya pun orang jawa. Semalam, ibu saya menyanyikan sebuah tembang macapat mijil untuk saya. Kata ibu saya, dulu itu adalah tembang yang dilantunkan oleh almarhum kakek saya untuk ibu saya. Katanya, tembang itu dilantunkan almarhum kakek saya saat memberi wejangan kepada anak-anaknya.

Walaupun saya orang jawa, saya tidak mengetahui makna yang tersirat dalam tembang tsb sampai ibu saya memberi tahu saya. Ternyata tembang tsb sarat akan nilai-nilai luhur.

Karena penasaran, akhirnya saya search tembang tsb di google. Secara keseluruhan, saya menyimpulkan bahwa tembang tsb berisi tuntunan untuk kehidupan kita sebagai manusia. Dari salah satu sumber yang saya baca, katanya tembang tsb diciptakan oleh wali sanga untuk berdakwah pada zaman dulu. Berikut sedikit interpretasi saya terhadap tembang mijil :

Dedalane guna lawan sekti.

Sesuai posisinya sebagai kalimat pertama, kalimat ini merupakan pembuka dan memberi tahu kita bahwa ini adalah tentang jalan (dalan) kita untuk (guna) menuju kemuliaan (sekti).

Kudu andap asor.

Bahwasanya kita harus (kudu) menempatkan diri kita di bawah (asor). Bukan berarti kita merendahkan diri sendiri, namun maknanya adalah menempatkan orang lain lebih tinggi dari kita, sehingga kita harus selalu menghormati dan menghargai orang lain. Atau kalau versi saya, intinya adalah bahwa kita harus selalu menyadari posisi tawar kita di hadapan siapa pun, dengan begitu kita bisa menata dan membawa diri kita dengan baik di lingkungan sosial kita.

Wani ngalah luhur wekasane.

Kurang lebih artinya mengalah untuk menang. Mengalah disini saya interpretasikan sebagai ajaran untuk sabar dan tidak egois. Sedangkan untuk menang disini saya interpretasikan menang atas musuh terbesar manusia, yakni dirinya sendiri. Dari situ, saya menarik kesimpulan bahwa makna yang tersirat pada kalimat ini adalah tentang ilmu pengendalian diri.

Tumungkula yen dipun dukani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline