Sudah menjadi rahasia umum bahwa negara indonesia adalah negara dengan beragam budaya, bahasa,ras, suku dan agama. Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang beragam. Pantaslah jika negara indonesia menjadi bukti nyata adanya negara multikultural yang didasarkan pada semboyan "Bhineka Tunggal Ika".
Berbicara tentang keberagaman, tentu kita sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain tidak terlepas dari berbagai tradisi atau perbedaan yang ada di lingkungan sekitar kita, terlebih lagi sebagai masyarakat yang tinggal di indonesia dimana keberagaman dan perbedaan bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Dalam kehidupan sehari-hari contohnya, di lingkungan keluarga terkadang ayah dan ibu berasal dari daerah yang berbeda, dalam lingkungan masyarakat seringkali dari kita hidup berdampingan dengan tetangga yang berbeda suku dan agamanya, di lingkungan pendidikan pun tidak sedikit dari kita menemui teman yang juga berbeda latar budaya dengan kita.
Namun seringkali, keberagaman juga bisa menjadi ancaman yang mengerikan, tidak sedikit konflik yang terjadi karena kebiasaan memperdebatkan perbedaan hingga berujung pada tindakan kekerasan masih terus saja dilakukan. Hal ini dipicu karena adanya sikap intoleransi dan kurangnya kesadaran bersama bahwa kita hidup berdampingan dengan perbedaan. Oleh karena itu multikulturalisme hadir ditengah keberagaman ini.
Multikulturalisme sendiri, secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu "Multi" yang berarti banyak, "culture" yang berarti budaya, dan "isme" yang berarti paham. Menurut Lawrence Blum, multikulturalisme meliputi suatu pemahaman, penghargaan, penilaian, penghormatan dan rasa keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Secara sederhana multikulturalisme dapat dipahami sebagai pengakuan atau paham bahwa sebuah negara dan masyarakat adalah beragam .
Mengacu pada hal diatas, Indonesia sebagai negara yang kaya akan keberagaman tentunya sangat membutuhkan pemahaman mengenai multikulturalisme itu sendiri. Pemahaman mengenai hal tersebut tentunya perlu ditanamkan sejak dini karena pada usia tersebut seorang anak sudah mampu belajar mengenali lingkungan sekitarnya dan mampu melihat banyak terdapat perbedaan perbedaan baik dalam lingkungan keluarganya (di dalam rumah) maupun lingkungan sekitarnya (luar rumah).
Disamping keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, bukan berarti dunia pendidikan formal seperti lembaga sekolah tidak ikut berperan penting, justru pendidikan formal sekolah dipandang sebagai lembaga untuk menyiapkan generasi baru pada masa selanjutnya. Oleh karena itu, penanaman pemahaman nilai multikulturalisme dapat melalui pendidikan yang kita kenal sebagai pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural sendiri perupakan tawaran model pendidikan yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan, etnis, suku dan agama. Dengan penerapan pendidikan multikultural tersebut akan menambah pemahaman siswa bahwa dimanapun kita hidup, pasti akan hidup berdampingan dengan perbedaan. Pendidikan tersebut setidaknya akan membantu siswa untuk mengerti, menerima, kemudian dapat menghargai perbedaan yang dimanapun ia berada. seperti perbedaan budaya, bahasa,ras, suku dan agama.
Penanaman pemahaman kepada siswa mengenai multikulturalisme, melalui lembaga pendidikan formal ini juga merupakan salah satu medium atau ajang untuk melatih dan menyadarkan siswa mengenai penerimaan perbedaan agar mampu hidup bersama dengan damai. Selain itu yang lebih penting adalah memungkinkan komunikasi lintas budaya (budaya yang berbeda) yaitu saling mengenal antar budaya satu dengan yang lainnya dengan tujuan meminimlisir adanya gesekan-gesekan karena adanya perbedaan budaya sehingga mampu membangun keberagaman yang utuh di Indonesia .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H