Mengapa Wilayah Pedesaan Masih Sulit Akses Pendidikan Sekolah Dasar
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan pemerataan dan berkelanjutan akses pendidikan di Indonesia. Namun, masih terdapat tantangan dalam mewujudkan pemerataan pembangunan melalui pendidikan, terutama di daerah pedesaan yang memiliki akses terbatas terhadap fasilitas dan infrastruktur pendidikan. Kondisi ini menyebabkan kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan semakin lebar.
Untuk melihat secara lebih mendalam mengenai kondisi pendidikan di Indonesia, terdapatbeberapa data dan fakta yang dapa diperhatikan. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNESCO pada tahun 2019, angka partisipasi sekolah pada jenjang SD di Indonesia mencapai 95%, sedangkan untuk SMP mencapai 88%, dan untuk SMA mencapai 72%(UNESCO 2019). Namun, ketika dilihat secara lebih detail, terdapat ketidakmerataan akses pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara pulau-pulau di Indonesia. Beberapa wilayah atau kelompok masyarakat di Indonesia masih sulit untuk mengakses pendidikanyang layak dan berkualitas, sehingga terdapat ketidaksetaraan dalam akses pendidikan yang mengakibatkan kesenjangan dalam pembangunan.Selain itu, beberapa kelompok masyarakat juga mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan, seperti anak-anak dengan kebutuhan khusus, anak-anak dari keluarga miskin, anak-anak migran atau anak-anak yang berada di daerah konflik. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, tingkat buta aksara pada kelompok usia 15 tahun ke atas mencapai 2,96%, yang mayoritasterdapat pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Sesuai data yang diambil oleh penulis bahwasanya di beberapa desa masih banyak masyarakat sulit mengakses pendidikan formal dikarenakan jarak kesekolah yg cukup jauh, infrastruktur jalan yg kurang memadai, juga kurangnya alat transportasi untuk kegiatan mobilitas. Sehingga mayoritas lulusan-lulusan SD tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya dikarenakan faktor dari akses mendapatkan pendidikan itu masih sulit.
Faktor-faktor yang memengaruhi akses pendidikan yang tidak merata dapat beragam, termasuk lokasi geografis, tingkat ekonomi, suku bangsa, agama, dan gender. Beberapa daerah yang terpencil atau terisolasi dari pusat kota, biasanya memiliki akses pendidikan yang terbatas dan sulit dijangkau. Selain itu, kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah juga dapat mengalami kesulitan dalam membiayai pendidikan bagi anak-anak mereka, sehingga anak-anak dari kelompok tersebut lebih cenderung putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sementara itu, perbedaan suku bangsa, agama, dan gender juga dapat memengaruhi akses pendidikan di Indonesia. Beberapa kelompok masyarakat yang kurang terwakili dalam pendidikan, seperti kelompok masyarakat adat atau perempuan, mungkin memiliki akses terhadap pendidikan yang lebih terbatas atau bahkan dihalangi oleh faktor-faktor sosial atau budaya yang kental.
Untuk mengatasi masalah akses pendidikan yang tidak merata di Indonesia, perlu adanya upaya dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah dapat meningkatkan akses pendidikan dengan membuka sekolah atau program pendidikan di daerah-daerah terpencil, memberikan bantuan keuangan kepada kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, serta menerapkan kebijakan yang mendukung kelompok masyarakat yang kurang terwakili dalam pendidikan. Sementara itu, masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan akses pendidikan dengan memberikan dukungan dan akses informasi tentang program-program pendidikan yang ada, serta membantu memfasilitasi akses ke program-program tersebut bagi kelompok masyarakat yang kurang terwakil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H