Lihat ke Halaman Asli

Dwiana Nurdianti

Mahasiswi Sosiologi UIN Sunan Kalijaga

TikTok Membentuk Network Society Perspektif Manuel Castells

Diperbarui: 30 November 2023   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dwiana Nurdianti/22107020049

Bisa dibilang tontonan wajib bagi anak muda saat ini adalah menikmati video-video pendek pada aplikasi TikTok. Tak bisa dipungkiri waktu yang dihabiskan pengguna TikTok rata-rata 1,5 jam per harinya berdasarkan TensorTower. Sebagai anak muda pun saya mengalami hal yang demikian, berbagai jenis video lewat pada tampilan TikTok saya baik berisikan topik edukasi, ataupun sejarah namun kebanyakan video berisikan tentang hiburan. Bermacam info tersalurkan melalui sarana aplikasi ini. Sebagai perantau di kota pelajar Yogyakarta ini, saya memiliki ketertarikan dengan banyaknya event-event di Yogyakarta.

Dapat dikatakan, ini merupakan informasi yang baru bagi saya mengingat kota asal saya jarang adanya event-event seperti kota Yogyakarta ini. Hampir setiap minggu bahkan per harinya banyak event-event yang unik baik event kebudayaan, hiburan, teknologi, diskon-diskon yang menarik, ataupun event trifting yang sedang dinikmati saat ini. Semua informasi acara tersebut kebanyakan saya dapatkan dari aplikasi TikTok dan saya pun selalu bertukar informasi dengan teman saya yang akamsi (anak kampung sini, sebutan untuk warga lokal). 

Kami saling bertukar video-video informatif seperti dua minggu yang lalu di mana kami secara tidak sengaja merencanakan untuk mengunjungi pameran untuk mengisi jam mata kuliah yang kosong. Kami pun memutuskan untuk mengunjungi pameran di Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Dan pastinya informasi mengenai adanya pameran tersebut kami dapatkan dari video informatif di TikTok. 

Di sana menyajikan historical kota Yogyakarta dan menurut saya pribadi sangat layak untuk menjadi tempat wisata keluarga. Melihat saya menggunakan TikTok sebagai rujukan event yang ingin saya kunjungi agaknya menjadikan TikTok sebagai media relasi masyarakat masa kini. Pengalaman ini selaras dengan teori masyarakat jaringan Manuel Castells yang menyebutkan bahwa setiap individu saling terhubung dengan keberadaan individu lain tanpa tahu keberadaannya entah di mana.

Teori ini saya ketahui pada buku CIBER SOCIETY: Teknologi, Media Baru, dan Disrupsi Informasi oleh Catur Nugroho dan jurnal GLOBALISASI, POSTMODERNISME DAN TANTANGAN KEKINIAN SOSIOLOGI INDONESIA dari Hamzah Fansuri. Dalam buku ini mengutip beberapa karya Manuel Castells seperti pada buku The Internet Galaxy dengan menyebutkan istilah 'masyarakat interaktif' (interactiv society) yaitu masyarakat yang sepenuhnya telah terpapar teknologi komunikasi dan informasi serta baginya didasari oleh digitalisasi dan interaksi jaringan akibatnya komunikasi secara langsung akan semakin terpinggirkan di kehidupan masyarakat modern saat ini. Lalu rujukan lainnya yang diambil adalah buku The Rise of The Network Society

Castells mengemukakan masyarakat jaringan (network society) merupakan masyarakat yang struktur sosialnya terbentuk oleh jaringan yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis mikro-elektronika (Nugrogo, 2020). Sederhananya struktur-struktur dan elemen-elemen masyarakat ini beriringan dengan logika jaringan. Masyarakat jaringan terbentuk pada struktur sosial yang telah ada dan pengaturan organisasi dalam hubungan produksi, konsumsi, kekuasaan yang dibahasakan dalam komunikasi dan dikodekan oleh budaya. Pada dasarnya, jaringan adalah node yang saling berhubungan dengan didukung oleh teknologi informasi dan memainkan peran dalam memastikan proses restrukturisasi. 

Faktor yang mendorong terbentuknya masyarakat tersebut (Fansuri, 2012) tentunya perkembangan dan penyebaran teknologi informasi, globalisasi sebagai peningkatan kapasitas teknlogi, organisasi atau kelembagaan dari inti sistem tertentu, dan wujud manifestasi budaya sekarang yaitu hypertext (komunikasi lewat media elektronik). Terdapat tiga keuntungan jaringan lingkungan teknologi ini, yakni flexibility, scalability, dan survivability. Sisi positif pada masyarakat jaringan ini adalah kita dapat saling terhubung tanpa batas, namun sisi negatifnya dapat mengikis nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sosial kita.

portal.fgv.br

Tokoh dengan teori ini memiliki nama Manuel Castells yang lahir di Kota Hellin, Spanyol pada tanggal 9 Februari 1942. Masa kecil Catells agaknya terjadi di beberapa kota seperti Hellin, Albacete, Madrid, Cartagena, Valencia dan Barcelona. Awalnya ia mempelajari hukum dan ekonomi di Universitas Barcelona (1958) dan menjadi aktivis mahasiswa yang menentang kediktatoran Franco yang mengharuskan ia melarikan diri ke Paris. Kemudian ia terus melanjutan pendidikannya hingga mendapatkan gelar PhD pada bidang Sosiologi di Universitas Paris (1967) dan meraih gelar Doctorat d'Etat di bidang Ilmu Pengetahuan Manusia dari Sorbonne, serta gelar doktor pada bidang sosiologi di Universitas Madrid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline