Lihat ke Halaman Asli

Siapa Gerangan Dirinya??

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pertemuanku dengan seorang bapak tua di bus tempo dulu tlah memberiku banyak pengalaman dan arti hidup ku saat ini. Tak sengaja ku temukan beliau ketika ku hendak berangkat kembali ke kota pelajar ini. Beliau banyak menuturkan pengalamannya ketika masih muda hingga ia telah menginjak usia kepala lima. Beliau bertanya "Kau dari mana hendak kemana nak?' Dengan polosnya aku menjawab dan ku sebutkan kota kelahiranku dan tujuan ku untuk study ke kota Jogja. Dan kemudian ia menoleh sebentar padaku memastikan entah apa yang ia amati dari wajahku kemudian ia berpesan "Hati-hati nak pada dasarnya kau gadis periang namun ada sesuatu yang kau pikirkan, benar??" Aku hanya tersenyum. Kemudian ia bercerita tentang anak-anaknya. Beliau memiliki tiga orang anak dan kesemuaanya adalah laki-laki. Anak bungsunya masih kuliah di jurusan teknik sipil, sementara anak sulungnya pengannguran karena pilihan hidupnya bukan karena ia kurang pandai atau apa. Dia ingin menjadi seorang polisi ataupun ABRI namun fisiknya tak memenuhi, dan akibatnya ia frustasi. Si bapak sebagai ayah pun telah berusaha membujuknnya agar ia tetap bekerja di bidang apa pun sesuai dengan kemampuannya. Namun si anak malah menjawab "Aku bukannya tak bisa kerja di bidang lain namun percuma saja kalau batin ku tersiksa atas pekerjaan yang tak ku sukai, biarlah aku cari jalanku sendiri" Memang pekerjaan apa pun kalau tidak di sukai hasilnya tak pernah maksimal. Anak sulung si bapak ini cukup keras kepala sehinnga beliau pun tak dapat berbuat apa-apa. Dan anak keduanya memiliki bisnis yang maju, ia telah bekerja di suatu instansi pemerintah tetapi ia juga membuka usaha butik yang cukup terkenal di kotanya.

Sesekali si bapak membuka kertas dan aku amati ternyta di kertas itu tertulis huruf-huruf arab berisi doa-doa yang tak ku tahu maksudnya. Dan melihatku yang begitu heran padanya ia pun bercakap, saya mau ke tempat adek saya dan saya juga bawakan buku ini untuk kemenakan saya. Sambil memperlihatkan buku itu padaku. Ternya  buku agama untuk anak-anak. Kemudian ia melanjutkan ceritanya. "Saya berusaha untuk selelu adil sama anak-anak saya. Bila saya mau kasi sesuatu sama anak saya, biasanya saya datengin anak saya sewaktu ia belajar di kamarnya. Dan saya kasi ia sesuatu sambil aku berbisik padanya "Nak ini untukmu tapi jangan kau kasi tahu yang lainnya ya termasuk saudara-saudaramu" Dan kalau satu anak saya kasi hadiah maka semuanyapun saya kasi dan aku berpesan yang sama pula sama semua anakku itu, jangan bilang satu sama lain kalo saya ngasi hadiah, dan mereka semunya pun manut, meskipun pada akhirnya mereka semua juga tau. Semua ini saya lakukan agar anak-anak semua merasa bahwa ia lah yang teristimewa di antara anak-anak saya yang lain dan ini akan memotifasi ia untuk belajar dan berprestasi. Dengan ia punya anggapan ia anak yang teristimewa maka ia akan berusaha buat jadi anak yang terbaik di antara saudara-saudaranya yang lain" Begitu tutur si bapak. Dan aku pun dapat belajar satu hal dari beliau jika kau ingin mengajarkan ataupun ingin membuat orang berubah, maka kasihlah ia perhatian yang lebih yang dapat menggerakan hatinya dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan, karena orang yang berubah karena paksaan, maka ia akan berubah kembali bersama hilangnya paksaan itu. ata bisa dikatakan, mungkin ia dapat berubah karena suatu sebab, namun ia bisa kembali buruk bersama hilangnya sebab itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline