Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Edukasi dan Sosialisasi Sejak Dini Mengenai Kesetaraan Gender di Era Milenial

Diperbarui: 14 Februari 2022   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era yang serba modern ini, masih ada saja masyarakat yang memberikan stigma bahwa “Perempuan tidak perlu sekolah yang tinggi, toh ujung-ujungnya akan di dapur juga.” Namun, penulis kurang setuju dengan pernyataan tersebut sebab menurut penulis seharusnya di abad ke-21 ini sudah tidak ada lagi pemikiran seperti itu, karena justru perempuan perlu berpendidikan tinggi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh (Damayanti, 2020) bahwa perempuan harus berpendidikan tinggi, karena perempuan tersebut akan mempunyai pemikiran yang kritis dan berwawasan luas sehingga tidak mudah ditipu. Selain itu, perempuan yang berpendidikan tinggi itu mandiri dan dapat membantu financial keluarga, serta dapat mendidik dan mengajarkan anaknya dengan baik mengikuti perkembangan zaman.

Menurut Psikolog Kristi dalam (Rossa & Nodia, 2018) faktor penyebab adanya pemikiran tersebut adalah kurangnya pemahaman mengenai kesetaraan gender yang pada akhirnya menimbulkan adanya pemikiran bahwa laki-lakilah yang wajib berpendidikan tinggi sedangkan perempuan tidak. Pemahaman tersebut harus diubah, sebab menurut penulis, perempuan justru berhak mendapatkan pendidikan yang tinggi. Pendidikan menjadi hal esensial yang harus dimiliki perempuan mengingat bahwa perempuan akan menjadi seorang Ibu yang mewariskan kecerdasan bagi anak-anaknya. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Medical Research Social Council di Amerika Serikat mewawancarai 12.686 orang berusia 14 hingga 22 tahun membuktikan bahwa kecerdasan anak menurun dari Ibu (None & Hidayati, 2019).

Kesetaraan gender di Indonesia sudah diterapkan sejak dulu oleh pemerintah seperti di dalam pemerintahan yang memperbolehkan perempuan ikut andil menjadi seorang pemimpin. Hal ini dibuktikan oleh Ibu Megawati Soekarno Putri yang berhasil menjadi presiden RI pada masa pemerintahan tahun 2001. Namun, hal tersebut tidak menjadikan masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah menyadari akan kesetaraan gender, justru stigma sumur, kasur, dan dapur yang melekat pada perempuan masih kuat sehingga ruang gerak perempuan selalu dibatasi seakan perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi.

 Dalam mengubah stigma tersebut menurut penulis, perlu adanya edukasi terkait kesetaraan gender, dimulai dari memahami definisi kesetaraan gender, urgensi kesetaraan gender, dan manfaat memahami kesetaraan gender. Hal ini dikarenakan, bukan hal yang tidak mungkin di era milenial ini masih terdapat masyarakat yang belum mengetahui apa itu kesetaraan gender? apa urgensinya? dan apa manfaat memahami kesetaraan gender?

Menurut Arkayanti dalam (Qomariah, 2019) kesetaraan gender merupakan konsep yang mengemukakan bahwa laki-laki dan perempuan dalam mengembangkan kemampuan individual mereka mempunyai kebebasan dan tanpa ada batasan dalam membuat pilihan oleh prasangka, stereotype maupun peran gender yang kaku. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam (Kementerian Keuangan, 2019) menekankan bahwa kesetaraan gender adalah laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam berpartisipasi di bidang ekonomi, politik, kesetaraan mengakses pendidikan, dan kesehatan. 

Kemudian terkait urgensi kesetaraan gender, yaitu untuk mencapai keadilan dan adanya kesetaraan gender di Indonesia, karena masih adanya diskriminasi terhadap perempuan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2017). Untuk itu upaya yang perlu dilakukan adalah edukasi terkait pemahaman kesetaraaan gender. Dengan adanya pemahaman terkait keseteraan gender kepada masyarakat diharapkan masyarakat tidak lagi mempunyai pemikiran tersebut, sehingga baik perempuan maupun laki-laki memiliki akses dan kesempatan yang sama dalam berbagai bidang. Dengan begitu, pada akhirnya akan tercipta masyarakat yang menjunjung tinggi keadilan dan kesetaraan gender.

Selain edukasi tentang kesetaraan gender, dapat pula dilakukan dengan memberikan pemahaman mengenai perempuan wajib berpendidikan tinggi dengan melibatkan peran keluarga. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan tempat pertama seorang anak mengenyam pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman tersebut dapat dimulai sejak dini sehingga akan tertanam kuat dan terbawa sampai anak perempuan tersebut tumbuh dewasa dan akan berpendidikan tinggi. Di dalam keluarga pun harus diterapkan kesetaraan gender agar anak tidak hanya sekadar diberikan pemahaman tentang kesetaraan gender, akan tetapi bukti konkret yang menjadi contoh bagi anak. Misalnya pekerjaan rumah dan mendidik anak yang tidak hanya dilakukan oleh Ibu, melainkan dilakukan pula oleh Ayah.

Dengan adanya edukasi dan penanaman pemahaman sejak dini tentang kesetaraan gender diharapkan dapat mendobrak stigma negatif yang selama ini menjadi bayang-bayang ketakutan bagi perempuan dalam memperoleh pendidikan dan perempuan menjadi leluasa untuk memperoleh haknya meraih pendidikan yang tinggi. Selain itu, masyarakat menjadi open minded terhadap hal-hal yang berkaitan dengan gender seperti perempuan berpendidikan tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang negatif yakni ingin menyaingi laki-laki, akan tetapi akan dipandang sebagai sesuatu hal yang positif, karena perempuan berpendidikan akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Namun, perlu diingat bahwa kesetaraan gender ini tidak hanya dalam bidang pendidikan saja, akan tetapi juga berlaku dan patut dijunjung dalam bidang kehidupan lainnya seperti politik, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.

Daftar Pustaka

Damayanti, E. (2020). KENAPA WANITA HARUS BERPENDIDIKAN TINGGI? https://stai-binamadani.ac.id/kenapa-wanita-harus-berpendidikan-tinggi/

Kementerian Keuangan. (2019). Ini Pentingnya Kesetaraan Gender Untuk Sebuah Negara. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-pentingnya-kesetaraan-gender-untuk-sebuah-negara/

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline