Lihat ke Halaman Asli

Ke Mana Perginya Bangsaku yang Ramah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku merindukan bangsaku yang ramah. Yang ku kenal, bagsaku adalah bangsa yang ramah, sopan, berbudaya, santun dan murah senyum. Bangsa yang selalu aku banggakan karena keramahan penduduknya.Tak pernah sedikitpun aku merasa malu untuk megakui bangsaku. Ku perlihatkan pada dunia bahwa bangsaku menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan gotong – royong. Indonesia adalah bangsaku.

Banyak orang – orang dari negara lain berbondong – bondong datang ke indonesia karena keramah tamahan penduduknya. Bahkan banyak diantara mereka yang memutuskan untuk tinggal lebih lama karena mereka menyukai budaya bangsaku.

Namun kini aku tak lagi merasakan keramahan bangsaku. Entah apa yang telah terjadi padanya. Ia tak lagi ramah seperti biasanya. Mengapa saat ini bangsaku begitu emosional dalam menghadapi setiap permasalahan? Padahal semua permasalahan itu dapat kita pecahkan dengan musyawarah, tak perlu menggunakan amarah.

Apa sebenarnya yang membuat bangsaku ini penuh amarah dan sedikit demi sedikit mulai kehilangan jati dirinya? Apakah bangsaku sudah mengalami krisis moral yang akut, sehingga darah dan air mata selalu mewarnai bangsaku dalam melampiaskan ketidakpuasanserta kekecewaan terhadap suatu permasalahan? Apakah dengan amarah, kekerasan dan anarkisme bisa menyelesaikan semua persoalan?

Tentu tidak, sikap seperti itu akan membuat persoalan menjadi semakin rumit dan sulit untuk diselesaikan. Meskipun keadilan belum benar – benar terwujud, tapi kekerasa bukanlah jawabannya. Saling hujat, saling caci, dan saling hina bukanlah jawaban atas semua permasalahan yang ada. Bukan hanya itu yang membuatku sedih tapi bangsaku kini tak lagi saling menghargai. Sudah tidak ada lagi siapa tua, siapa muda. Yang muda tidak lagi menghormati yang tua, kata – kata nya tidak lagi hormat. Yang tua pun sama saja, banyak diantara mereka yang tidak memperdulikan bahwa kata – katanya itu menjadi panutan bagi yang muda. Hanya karena berbeda pandangan dalam segi politik atu agama misalnya, mereka tidak segan untuk saling ejek dan saling hina. Bahkan ada diantara mereka yang mengeluarkan kata-kata yang mungkin dapat menyakiti suatu kaum.

Sungguh aku sangat merindukan bangsaku yang dulu. Bangsa yang ramah dan saling menghargai satu sama lain. Kembalilah bangsaku, kembali menjadi sosok yang dulu. Yang terkenal akan keramahan, kesopan santunannya dan kebudayaannya. Perlihatkanlah pada dunia bahwa bangsaku, Indonesia adalah bangsa yang ramah dan bermoral.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline