Lihat ke Halaman Asli

Dwi Klarasari

TERVERIFIKASI

Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

Namaku Trembesi, Dengarlah Pintaku Ini!

Diperbarui: 21 November 2020   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: foresteract.com

Aku ini makhluk Tuhan yang cukup kondang. Bukan pongah, tapi begitu realita sejak zaman nenek moyang. Syukur pada Allah karna aku yang bertubuh rindang diberi pula umur panjang. Aku bahkan terpandang hingga banyak julukan yang kusandang.


Sebagian menamaiku munggur, suar, baujan, kayu ambon, dan entah apa lagi. Banyak orang mengenaliku dari sosok yang katanya besar dan tinggi. Begitu pun, kau bisa memanggilku dengan nama trembesi. Bukankah itu terdengar lebih seksi?


Sekali lagi bukan pongah, tapi ada yang bilang perawakanku sangat cantik. Konon karna tajukku melebar artistik. Semua makhluk menjadikan aku sebagai sahabat. Sekawanan burung bernyanyi riang sembari bertengger pada lengan-lenganku. Di taman-taman kota, dua sejoli bercengkerama duduk di atas akar-akarku. Serupa payung aku meneduhi mereka dari sengatan mentari. Seperti pepohonan lain kuhirup juga sejumlah racun untuk bebaskan udara dari polusi.


Wahai manusia, sahabatku! Tahukah kau bila aku pun berjuluk pohon hujan? Urang Sunda memanggilku Ki Hujan, tapi aku bukan dukun pemanggil hujan. Duduklah di bawah tubuh rindangku, akan kuceritakan biar kau kian memahamiku!


Akarku besar, kuat, dan menjalar hingga jauh ke dalam tanah. Sepanjang waktu kuserap berlimpah air, lalu kusimpan dalam tubuh gemukku. Sering kali kujatuhkan tetes-tetes air lewat dedaunanku. Itulah satu lagi kelebihan yang diberikan Tuhan padaku.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline