Pada suatu masa di penghujung hari
Kala mentari perlahan bergulir ke ufuk barat
Selaksa awan berarak arungi biru langit pancaroba
Melintas taman bertemu pandang dengan rumpun kamboja
Entah bagaimana memahami bilamana mereka saling bertegur sapa
Ketika awan putih sejenak berdiam rumpun kamboja sampaikan dukanya
"Duhai kawan lihat tubuh kering kami merana menantikan air kehidupan!"
Seolah terbius mantra cinta, selaksa awan pun pasrahkan diri pada angin
Dalam desir sang angin menunjukkan restu bagi sebuah pengorbanan
Penuh daya ia terbangkan awan-awan penuh butiran air ke atmosfer