Lihat ke Halaman Asli

Dwi Klarasari

TERVERIFIKASI

Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

Memahami Keputusan Masyarakat Adat Baduy

Diperbarui: 12 Juli 2020   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Dalam satu dekade ini, wisata alam dan budaya Kampung Baduy semakin populer saja.

Tak bisa dimungkiri, masifnya informasi dari para traveler melalui media sosial menjadi penariknya. Secara resmi pemerintah juga mempromosikan Budaya Suku Baduy sebagai destinasi wisata. Setidaknya yang ditemukan pada laman Dinas Pariwisata Provinsi Banten.  

Namun, belum lama ini, melalui Lembaga Adatnya, masyarakat Baduy Dalam telah mencetuskan sebuah keputusan yang sangat mengejutkan dunia pariwisata. Mereka menginginkan penghapusan kawasan adat Baduy sebagai salah satu destinasi wisata nasional.

Bukan sekadar basa-basi karena keputusan ini termuat dalam surat terbuka kepada Presiden RI, Joko Widodo. Sejumlah media telah menayangkan beritanya.

Salah satunya dapat dibaca ada laman kompas.tv; beritanya bertajuk 'Minta Dicoret dari Destinasi Wiata, Suku Baduy Kirim Surat ke Presiden Jokowi'. Rekan Kompasianer Dizzman pun sempat mengulik topik berita yang cukup hangat pada awal minggu tersebut lewat artikel Suku Baduy Ingin Dicoret dari Tujuan Wisata, Ada Apa Gerangan?

Pada dasarnya keterusikan yang belakangan semakin dirasakan masyarakat Baduy oleh dampak aktivitas wisata yang melibatkan kampung adat mereka tidaklah berlebihan.

Tak heran juga bila kurangnya rasa peduli serta ketidakdisiplinan wisatawan menjadi salah satu keluhannya.

Demikian juga dampak negatif terkait modernisasi yang turut masuk bersama kedatangan wisatawan, termasuk terkait pencemaran oleh sampah plastik.

Masyarakat Baduy memang dikenal sangat kuat dalam memegang tatanan dan tuntunan adat, terutama berkaitan dengan kemurnian serta kelestarian alam. Tuntunan adat berupa "Amanat Buyut" tersebut menjadi warisan yang dipelihara serta dijalankan dengan sungguh-sungguh, terlebih oleh masyarakat Baduy Dalam.

Ketika dahulu berkunjung ke Kampung Baduy, saya ingat sebelum masuk ke wilayah Baduy terdapat "Amanat Buyut" dalam bahasa Sunda yang ditulis pada sebuah papan besar-sebagaimana tampak pada foto di atas). Tiga belas baris pesan nenek moyang perihal pantangan/larangan itu terkesan sederhana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline