Lihat ke Halaman Asli

Detoksifikasi Diri dengan Puasa Ramadhan

Diperbarui: 6 April 2023   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadhan adalah salah satu bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Pada bulan Ramadhan, umat muslim akan melakukan puasa selama satu bulan penuh. Tidak makan dan tidak minum mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Selain tidak makan dan tidak minum, puasa juga mengajarkan kepada kita untuk menahan diri dari segala nafsu, emosi, serta luapan perasaan yang berlebihan. Bulan puasa ini dapat menjadi waktu yang baik untuk mendetoksifikasi diri baik secara lahir maupun batin.

Ketika menjalani hari-hari di bulan selain puasa, kadangkala kita lupa dan abai akan kesehatan diri. Segala jenis makanan disantap tanpa menghiraukan apakah makanan tersebut baik atau buruk untuk keseharan. Terkadang pula karena nafsu, kita makan dengan cara yang berlebihan. Tak jarang pula karena kesibukan kita lupa untuk memberikan hak makan dan istirahat bagi tubuh kita. Akibatnya banyak penyakit yang menghinggapi tubuh mulai dari berlebihnya kadar kolesterol di dalam tubuh, asam urat, dan meningkatnya tekanan darah. Gangguan Maagh dan Gerd sering juga menghinggapi tubuh yang mengabaikan waktu makan.

Akan tetapi dengan datangnya bulan Ramadhan ini, kita harus mulai belajar lagi untuk merutinkan waktu makan, yaitu sewaktu sahur dan berbuka. Selama berpuasa kerja organ pencernaan juga lebih ringan karena dalam rentang waktu berpuasa mereka akan cenderung "beristirahat" dan tidak mencerna makanan. Masa berpuasa ini juga akan membantu menetralisir segala kadar zat yang berlebih di dalam tubuh. Puasa juga dapat membantu proses diet dan penurunan berat badan lho. Tapi perlu digaris bawahi ketika berpuasa, waktu makan sahur dan berbuka juga tidak boleh dijadikan ajang balas dendam. Makanlah secukupnya saja jangan berlebihan agar perut yang tadinya kosong tidak kaget sewaktu menerima dan mencerna makanan.

Berpuasa tidak hanya menjadikan tubuh lebih sehat, jika kita benar-benar dapat menahan godaan nafsu dan emosi, tentu jiwa kita juga akan semakin sehat pula. Memang sewaktu berpuasa perut kita akan terasa lapar dan menimbulkan keinginan untuk makan makanan yang lezat dalam jumlah yang banyak. Kerap kali dalam berbuka puasa kita menyediakan hidangan lengkap yang mengugah selera. Mulai dari beraneka ragam takjil, es buah, es campur, dll hingga makanan berat tersaji dengan baik di meja. Tetapi jika kita ingat kembali bahwa berpuasa adalah turut merasakan penderitaan orang miskin, apakah kita patut menyediakan hidangan yang begitu banyaknya yang kadang menjadi mubazir karena perut sudah terlanjur penuh dengan beberapa makanan saja. Tidak heran jika bulan puasa terkadang menjadikan tingkat inflasi ekonomi semakin tinggi. 

Jika saja ketika berpuasa tidak hanya perut yang berlatih untuk sabar, melainkan jiwa juga dapat berlatih untuk menahan diri untuk tidak berlebih-lebihan. Saya rasa makna puasa akan dapat lebih sakral dan kita dapat benar-benar terlahir kembali dalam keadaan yang suci dan fitri. Tubuh dibersihkan dengan menahan lapar, dan jiwa dibersihkan dengan menahan keinginan, serta ditambah dengan tarawih dan tadarus yang akan membuat diri kita dapat merenungi hakikat sesungguhnya dari bulan Ramadhan.

Mari kita maksimalkan puasa kita dengan ibadah dan muamalah agar tubuh dan jiwa kita dapat terdetoksifikasi dengan benar sehingga kelak pada akhir bulan Ramadhan kita benar-benar mencapai kesucian dan ke fitrian jiwa dan raga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline