Lihat ke Halaman Asli

Dwi Kurniati

Mahasiswa

Penanaman Kembali Budaya Unggah-ungguh Basa Jawa dalam Rangka Mempertahankan Kebhinekaan

Diperbarui: 20 Juni 2021   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suku Jawa merupakan suku terbesar yang tersebar diberbagai walayah di Indonesia. Hal ini menyebabkan suku Jawa memiliki pengaruh yang besar dalam berbagai bidang. Budaya dan tradisi jawa mempunyai corak yang sangat unik dan kental akan nilai-nilai kehidupan. 

Dalam kehidupannya, masyarakat Jawa cenderung mengedepankan etika yang memegang teguh prinsip-prinsip Jawa, seperti : saiyeg saeka praya, patembayan, pasrah, nerimo ing pandum, ajinining diri gumantung ing lati  dan masih banyak lagi. Prinsip-prinsip ini menekankan bahwa orang Jawa harus memiliki sikap yang selalu berbuat baik,  rendah hati, menghormati, dan rela berkorban.

Salah satu unsur yang paling diperhatikan dalam etika jawa yaitu dalam hal kebahasaan atau biasa disebut unggah-ungguh basa. Dengan adanya unggah-ungguh basa ini membuktikan bahwa suku Jawa sangat mengedepankan baiknya tata bicaranya.  

Bahasa digunakan sebagai wahana pembentuk budi pekerti dan sopan santun karena kaya dan lengkap akan perbendaharaan kata sebagai bahasa yang meliputi fungsi, aturan, tingkatan bahasa, etika, dan nilai budaya yang tinggi disertai fungsinya. 

Dalam bahasa Jawa terdapat beberapa tingkatan bahasa diantaranya yaitu bahasa Jawa krama inggil, krana madya, ngoko alus, dan ngoko lugu

Dalam penggunaan tingkatan penggunaan bahasa sendiri, unggah-ungguh basa Jawa juga melihat dari siapa yang diajak berbicara, semakin tingi dan tua seseorang maka semakin tinggi tingkatan yang dipakai sebagai tanda bahwa yang mengajak berbicara menghormati orang tersebut.

Dalam unggah-ungguh basa jawa sendiri memiliki nilai-nilai Pendidikan karakter seperti:

Toleransi: Unggah-ungguh basa Jawa mengajarkan untuk menghargai segala perbedaan sikap yang sesuai dengan lawan bicaranya, sehingga penutur dapat belajar menghargai bahasa Jawa beserta tingkatan kehormatannya.

Disiplin: Unggah-ungguh basa Jawa mengajarkan kedisiplinan pada penuturnya dalam menegakkan dan mematuhi tata tertib dan aturan, hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara penutur untuk tetap menggunakan tingkatan bagasa yang sesuai dengan posisi dan kedudukan lawan bicaranya yang berubah-ubah.

Cinta Tanah Air: Karakter cinta tanah air ini muncul saat penutur menghargau keberagaman bahasa dan budata bangsa Indonesia. Pembiasaan unggah-ungguh basa Jawa merupakan salah satu cara untuk mengubah pola pikir, sikap dan perbuatan penutur untuk mencintai satu dari ribuan bahasa di tanah air.

Komunikatif dan bersahabat: Pembiasaan penggunaan unggah-ungguh basa Jawa mengajarkan cara berbicara yang sopan dan halus, sehingga penutur akan terbiasa untuk menghormati lawan bicara dan mengontrol emosi secara perlahan. Orang yang terbiasa memakai krama inggil saat marah tidak akan terlihat kasar jika dibandingkan dengan penutur basa ngoko lugu. Hal ini akan mendorong terciptanya lingkungan yang mudah bergaul dan tanpa perkelahian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline