Lihat ke Halaman Asli

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media Boneka Tangan pada Anak Kelompok A di TK Kuntum Harapan

Diperbarui: 6 Desember 2023   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  • Pendahuluan
  • Latar Belakang

Kemampuan berbahasa yang berkembang setelah kemampuan mendengar adalah kemampuan berbicara. Ketika anda mengajak anak berbicara, ia akan menyerap semua kata-kata yang anda ucapkan. Setelah alat berbicaranya matang maka anak akan mengeluarkan semua informasi berupa kata-kata yang didengarnya. Jalongo menerangkan bahwa berbicara berkaitan dengan interaksi sosial. Ketika di dalam kelas, secara keseluruhan guru melakukan pengamatan pada anak dalam penggunaan bahasa dengan mendefinisikan ketika anak berbicara, apa yang mereka bicarakan, dan berapa lama mereka melakukan aktivitas berbicara. Dengan demikian, untuk mengembangkan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran yang melibatkan anak dalam interaksi sosial.

Anak usia dini adalah masa periode paling cepat dalam perkembangan bahasa. Banyak anak mengembangkan kemampuan berbicara dan mendengar tanpa arahan langsung dari orang dewasa. Anak belajar berbicara dari percakapan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sejak lahir anak belajar mengeluarkan tangisan dan suara untuk menyatakan kebutuhannya dan merespon dari lingkungannya. Anak mengeluarkan suara atau tangisan dalam menyatakan kebutuhan, misalnya ia ingin makan, minum atau merasa tidak nyaman. Begitu pada saat orang-orang dewasa mengajak bercakap-cakap anak merespons dengan mengeluarkan suara-suara, seperti suatu orang yang sedang menjawab percakapan. Pada usia 2 tahun kebanyakan anak-anak telah menguasai vocabulary sampai 50 kata. Pada usia 3 tahun kebanyakan anak-anak telah belajar menginterpretasi kalimat (Browne, 2009).

Hasil obervasi juga menunjukkan bahwa Keterampilan berbicara dari 20 anak di Kelompok A TK Kuntum Harapan, 10 anak masih malu-malu berbicara di depan kelas serta belum mampu menyampaikan (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dalam komunikasi lisan dan 2 anak mengalami cadel, sementara 4 anak lainnya sudah mampu menyampaikan (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dalam komunikasi lisan dengan teman-temannya.

Salah satu yang menjadi faktor penyebab adalah model pembelajaran masih lebih dominan dengan menggunakan pembelajaran individu dibandingkan kelompok. Minat dan ketertarikan anak saat mendengarkan guru dalam menyampaikan materi di kelas juga menjadi faktor penyebab lainnya. Pada saat pembelajaran guru hanya menggunakan lembar kerja anak dan metode pembelajaran masih bersifat konvensional atau ceramah (proses pembelajaran berpusat pada guru). Anak hanya diminta untuk mendengarkan apa yang telah disampaikan guru dan mengerjakan tugas apabila diperintah. Hal ini juga menghambat keterampilan berbicara anak kurang meningkat. Interaksi dalam berkomunikasi aktif antara guru dan anak kurang terjalin dengan baik, sehingga keterampilan berbicara anak dalam menyampaikan pendapat belum berkembang secara optimal. Kemudian, anak masih belum mampu menyusun kalimat dalam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal tersebut dapat dilihat dari bahasa yang masih sering dicampur-campur dengan bahasa lainnya misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hal ini membuat penyusunan kalimat tidak sempurna.

Berdasarkan permasalahan tersebut, keterampilan berbicara pada anak Kelompok A di TK Kuntum Harapan Surabaya masih belum optimal dikarenakan masih sedikitnya memberikan kesempatan untuk anak mengungkapkan pendapat. Melalui media boneka tangan secara tidak langsung anak akan belajar mengenai keterampilan berbicara tanpa disadari. Penggunaan media boneka tangan diharapkan dapat menarik perhatian anak untuk mencoba menggunakan, memainkan boneka tangan langsung, dan meningkatkan minat anak untuk berkomunikasi secara aktif.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut di atas, penulis mencoba untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara anak dalam mengemukakan pendapat melalui media boneka tangan. Penulis merumuskan judul "Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media Boneka Tangan Pada Anak Kelompok A di TK Kuntum Harapan Kecamatan Semampir Surabaya".

  • Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

  • Bagaimana aktivitas anak kelompok A setelah menggunakan media boneka tangan untuk bercerita dan mengemukakan pendapat di semester genap 2020/2021 di TK Kuntum Harapan ?
  • Bagaimana penerapan media Boneka Tangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok A di TK Kuntum Harapan ?
  • Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dapat dikemukakan tujuan penelitian ini yaitu:

  • Untuk mendeskripsikan aktivitas anak Kelompok A setelah diterapkan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara di semester genap 2020/2021 di TK Kuntum Harapan.
  • Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara setelah diterapkan penggunaan media boneka tangan pada Kelompok A di TK Kuntum Harapan.

  • Manfaat Perbaikan

Bagi guru

          Guru lebih mudah mengajarkan kemampuan berbicara anak dengan menggunakan media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Memotivasi peranan guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak untuk menciptakan media yang menarik dan menyenangkan pada masa pandemi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline