Lihat ke Halaman Asli

Dwi Isnaini

Mompreneur yang menyukai dunia tulis menulis

Anger Management

Diperbarui: 11 Maret 2022   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: VektorStock

Mengutip laman halodoc.com, Anger management adalah sebuah proses belajar untuk mengenali tanda-tanda yang menyebabkan kemarahan seseorang, dan mengambil tindakan untuk menenangkan diri dalam menghadapi situasi yang terjadi. Anger management bukan berarti mencegah atau menahan perasaan marah. Kemarahan merupakan sebuah emosi yang normal terjadi. Tujuan dari mempelajari anger management adalah agar seseorang bisa mengekspresikan kemarahannya dengan cepat dan tepat.

Ketika kita dikuasai amarah, pikiran kita menjadi sempit, mata pun jadi gelap. Jika pikiran kacau, ucapan kita pun ikut kacau. Tanpa sadar, kita akan mengucapkan hal-hal yang kasar dan menyakitkan orang lain. Ujung-ujungnya, ucapan juga akan menentukan respons atau tindakan kita terhadap konflik yang sedang terjadi. Padahal, mungkin bukan itu maksud kita.

Itulah pentingnya anger management. Dengan belajar anger management berarti kita juga belajar mengelola pikiran. Pikiran yang cupet dan penuh amarah akan menghasilkan respon yang tidak tepat. Bila respon kita tidak tepat, konflik tidak bisa diselesaikan secara tuntas. Bahkan, malah membesar atau melebar kemana-mana. Saat amarah telah reda, pikiran akan kembali jernih dan itulah saatnya untuk mengurai kekusutan yang terjadi.

Jika marah tidak boleh, mengapa manusia diberi kemampuan untuk marah?

Allah selalu menciptakan sesuatu itu berpasangan. Ada siang, ada malam. Ada sedih, ada senang. Ada sulit, ada mudah. Ada marah, ada sabar. Hal tersebut diciptakan supaya terjadi pergerakan.

Kehidupan ini baru bisa berjalan jika ada pergerakan. Misalnya, orang hidup karena jantungnya bergerak (berdetak), ada pergerakan aliran darah. Jika manusia tidak punya emosi dan angkara murka, bagaimana bisa bergerak?

Kita diberikan pilihan bebas untuk merasakan marah maupun memilih bersabar. Namun, kita diberi akal untuk memilih mana yang memberikan dampak yang baik dari keduanya.

Bayangkan, manusia bisa marah, tetapi atas kemauannya sendiri dia memilih untuk tidak marah. Luar biasa, Bukan? Menurut saya inilah salah satu kesempatan bagi manusia untuk belajar mengendalikan diri, melatih kesabaran dan "naik kelas" menjadi manusia yang lebih berkualitas.

Diantara kita mungkin ada yang berkata, "Ah, masa sih? Mana mungkin manusia tidak boleh marah? Memangnya malaikat?

Anda tidak perlu percaya pada saya. Namun, tubuh Anda tak mungkin berbohong. Coba amati baik-baik tubuh Anda ketika sedang marah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline