Lihat ke Halaman Asli

Dwi CahyaniBintang

Mahasiswa Administrasi Kesehatan

Stunting Menjadi Target Program Pemerintah Tahun 2024

Diperbarui: 24 November 2023   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anak berupa kurangnya asupan gizi, dan kurangnya tinggi badan anak. Indonesia menjadi salah satu negara berkembang dengan prevalensi stunting yang tinggi. Dimana Indonesia menduduki urutan ke-5 di dunia. Ini menjadi masalah besar bagi kita dikarenakan semakin meningkatnya angka stunting di Indonesia.

Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi kurangnya tinggi badan merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika hanya berpeluang kecil mempengaruhi kondisi tubuh anak dibandingkan dengan faktor lingkungan sekitar yang juga mempengaruhi risiko stunting dan pelayanan kesehatan.

Sebenarnya mengapa stunting terus meningkat? Apa penyebabnya? 

Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya menerapkan asupan nutrisi yang baik selama masa pertumbuhan anak, pola asuh yang salah akibat kurangnya pengetahuan dan edukasi pada ibu hamil, pentingnya menjaga kebersihan pada ibu hamil dan anak usia dibawah dua tahun. 

Stunting akan terlihat pada anak saat menginjak usia dua tahun, yang mana tinggi rata-rata anak kurang dari usianya. Sehingga hal ini dapat menyebabkan angka stunting semakin tinggi. Anak yang mengalami stunting juga akan rentan terjangkit penyakit seperti penyakit obesitas, diabetes, stroke, kanker, penyakit jantung, pembuluh darah, dan disabilitas di usia tua.

Angka stunting di Indonesia berdasarkan periode 2019-2022 mengalami penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka prevalensi stunting turun menjadi 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022. Presiden Jokowi menargetkan penurunan angka prevalensi stunting turun menjadi 14% harus dicapai pada tahun 2024. 

Hal tersebut disampaikan Kepala Negara saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Banggakencana) dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023, di Auditorium BKKBN, Jakarta, pada Rabu, 25 Januari 2023.

"Target yang saya sampaikan 14 di tahun 2024 harus kita bisa capai," ujar Presiden.

Menurut Presiden Jokowi, stunting masih menjadi salah satu masalah besar yang harus diselesaikan di Indonesia. Hal ini dapat berpotensi mengganggu sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan anak, bahkan kematian anak. Presiden meyakini target tersebut dapat dicapai jika semua pihak bekerja sama dalam mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia. 

Untuk mencapai target tersebut pemerintah melakukan dua intervensi holistik yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Dijelaskan Budi, intervensi spesifik adalah intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dan kepada ibu sebelum dan di masa kehamilan, yang umumnya dilakukan di sektor kesehatan. Sedangkan intervensi sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan merupakan kerja sama lintas sektor.

Pernyataan ini menyoroti tujuan pemerintah untuk menciptakan generasi yang sehat dan tangguh. Dengan memberikan perhatian khusus pada stunting, pemerintah berinvestasi dalam fondasi kesehatan anak-anak, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline