Lihat ke Halaman Asli

Alam Pun Butuh Perhatian Pemimpin

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Indonesia sedang sibuk berpesta. Ya, pesta ( yang katanya ) demokrasi. Pesta 5 tahunan yang mengucurkan dana entah berapa banyaknya. Pesta pemilihan presiden yang selalu semarak setiap kali diselenggarakan. Hampir seluruh lini masyarakat kini disibukkan dengan pesta besar ini. Headline media massa cetak mulai dipenuhi dengan berita yang mengenenai pemilihan presiden, yang topiknya tidak lain adalah saling serang antar kandidat. Di setiap sudut dapat kita temui perbincangan-perbincangan mengenai pemilihan dan perpolitikan, yang biasanya agak asing dibicarakan. Dan di setiap mata memandang, maka pemandangan beraroma politik dan pilpres pun selalu kita jumpai.
Masa kampanye adalah masa di mana kedua kubu saling bermanuver untuk bisa memenangkan pemilihan akbar ini. Debat tentang capres dan cawapres banyak diselenggarakan. Visi dan misi masing-masing kandidat dengan masive disebarluaskan. Program-program semu kedua calon pun terus dikumandangkan. Intisari dari kegiatan ini tak lain hanya membahas seputar isu perekonomian, kesejahteraan, HAM, kesetaraan hukum, pendidikan dan lain-lain.
Di tengah hiruk-pikuk isu politik ini, ada sesuatu yang kecil -walaupun sebenarnya sangat besar-, terselip, kemudian luput dari perhatian. Sesuatu yang ada di tengah-tengah kita. Sesuatu yang sangat vital yang menjadi sandaran hidup kita, umat manusia. Salah satu permasalahan yang acap kali menghebohkan kita, sebagai sesuatu yang hidup bersinggungan dengannya. Sesuatu yang seharusnya masuk ke dalam agenda terpenting kedua pasang calon presdien untuk dibahas dan diselesaikan, namun terlupakan. Sesuatu yang disebut “lingkungan”.
Ketika kedua kubu sedang sibuk membahas kelemahan dan dosa-dosa kedua lawan di masa lalu yang biasa disebut black campaign. Atau sibuk menjabarkan visi dan misi yang diusung, masalah lingkungan seperti terlewatkan. Masalah-masalah seperti kebakaran dan kerusakan hutan, banjir, perburuan satwa langka, masalah limbah, pencemaran udara, lupa untuk dibahas.
Lingkungan sekeliling kita yang tidak sehat ini seolah tenggelam ditengah dagelan para politikus negeri. Padahal lingkungan kita telah lama berteriak. Berteriak meminta perhatian kita, meminta perhatian para pemimpin, sang penentu kebijakan negeri. Luapan air yang melimpah di kala musim hujan adalah luapan kemarahan lingkungan. Kebakaran hutan adalah luapan kemarahan lingkungan kita. Warna kelabu udara akibat pencemaran menggambarkan kesedihan hati lingkungan kita.
Sayang, teriakan hati lingkungan kita tetap tidak mencuri perhatian calon pemimpin negeri ini. Masalah lingkungan tetap tidak masuk ke dalam agenda utama program kerja kedua kandidat. Teriakan hati lingkungan tempat kita hidup tidak mendapat cukup tempat di hati dan pikiran kedua pasang calon. Isu lingkungan kita yang tersayang kalah oleh isu-isu yang justru tak penting untuk dibahas.
Sudah saatnya masalah lingkungan menjadi agenda utama untuk diperhatikan. Lingkungan sudah seharusnya menjadi salah satu fokus utama dalam perbaikan negeri ini. Perhatian para pemimpin negeri tidak boleh lagi hanya berfokus pada pemangunan. Pembangunan dalam rangka memajukan negeri tidak boleh mengesampingkan kepentingan lingkungan. Pembangunan yang dilakukan tidak boleh mengganggu keberlangsungan keseimbangan lingkungan.

Lingkungan tidak boleh dijadikan anak tiri lagi. Anak tiri yang dilupakan dan ditinggalkan. Masalah lingkungan tidak bisa dianggap hanya seperti debu yang bila ditiup bisa hilang. Masalah lingkungan harus disejajarkan seperti masalah ekonomi, hukum, HAM dan lainnya. Lingkungan yang menjadi tempat kita menyandarkan kehidupan harus jadi perhatian kita semua. Jika kita semua peduli dan cinta dengan lingkungan, tidak akan ada lagi luapan kemarahan dan kesedihan alam. Yang ada hanyalah senyuman keindahan alam yang dipersembahkan oleh lingkungan kita.

Dwi Juliani
Jurusan Bahasa Jepang FBS UNJ 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline