"Maaf agak terlambat ibu-ibu, tadi taxi onlinenya sempat nyasar, salah masuk jalur tol" kata Ustadzah Lina Ariani kepada kami, jamaah MT Maratus Shalihah, Sukodono, Sidoarjo. Beliau adalah penggagas berdirinya Majelis Taklim Maratus Shalihah pada tahun 2010. Selama kurang lebih 13 tahun usia Maratus Shalihah, beliau membimbing kami melalui tausiyah setiap kali pertemuan, memotivasi untuk mempelajari hadits nabi dan memperbaiki bacaan Al Qur'an serta mengasah nurani melalui berbagai kegiatan pengajian berupa rihlah dan bakti sosial.
"Tadi keasyikan ngobrol sama pak sopir sampai beliaunya salah masuk jalur. Gara-gara saya cerita di sela tugas saya sebagai apoteker saya juga mengampu majelis taklim, aktif di organisasi partai dan sekarang berjuang sebagai calon legislatif DPRD Provinsi Jatim Dapil Jatim 2 Sidoarjo. Terus bapaknya bilang : loh bu gak capek tah kok semua kegiatan diambil" Kami pun turut tertawa kecil mendengar cerita ustadzah. "Ya kan capeknya karena diiniatkan ibadah karena Allah pak, ngga apa-apa" Ustadzah melanjutkan ceritanya
Kisah ringan itu menarik minat saya untuk lebih jauh mengenal beliau, menggali sisi-sisi yang saya belum pernah tahu. Kalau ustadzah Lina Ariani adalah istri dari Ustadz Ahmad Habibul Muiz, salah seorang ustadz yang sering mengisi kajian di Suara Muslim Surabaya dan GTV serta di berbagai majelis taklim saya mah sudah tahu. Kalau Ustadzah Lina adalah sosok yang sangat berbakti pada orang tua, ibunda beliau hingga pernah berhari-hari menemani ibunda di rumah sakit hingga beliau sendiri sakit, mendampingi ibunda berhaji dengan segala keribetan pemberkasan saya juga tahu. Kalau beliau punya kepedulian sosial yang tinggi pada tetangga sekitar saya juga sangat paham.
Tetapi boleh dong saya juga KEPO tentang beberapa hal yang saya belum pernah dengar cerita tentang beliau. Misalnya tentang kenangan masa kecil, latar belakang terjun di dunia dakwah dan politik, serta rencana atau program beliau jika terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Jatim. Jadilah saya wawancara kecil-kecilan untuk menjawab ke-KEPO-an saya. Singkat cerita saya tuangkan hasil wawancara dalam bentuk percakapan T: Tanya dan J : Jawab
T : "Ustadzah, punya kenangan masa lalu, kecil yang sangat berkesan nggak? boleh dong diceritain sedikit"
J : "Hmm apa ya, masa lalu itu bisa menjadi kenangan menarik dan juga membawa hikmah. Saya adalah bungsu dari empat bersaudara dari keluarga kebanyakan, yang mengutamakan sekolah dan pendidikan. Yang paling berkesan apa ya. Mungkin saat di SD saya, Alhamdulillah selalu berada di ranking tiga besar. Bahkan untuk berbagai acara sekolah, termasuk acara perpisahan sekolah saya selalu ditugaskan untuk memberikan sambutan. Kami juga mengalami masa-masa sulit, terutama untuk biaya kuliah putra-putri ayah dan ibu. Lina kecil lebih suka berada di rumah dan sempat melihat orang tua sempat pinjam uang untuk biaya kuliah putra putrinya. Saya memang tidak terlalu suka dolan jauh, tetapi cukup aktif dalam kepengurusan di OSIS SMP. Di SMA saya sudah harus mandiri karena kost mendekati lokasi sekolah.
T : Boleh cerita tentang pengalaman spiritual Ustadzah?
J : Terus terang pengalaman spiritual saya mulai tumbuh di masa SMA. Saya dulu kost di tempat kost milik seorang nasrani. Namun di tempat tersebut disediakan tempat khusus yang bisa dimanfaatkan layaknya mushola. Saya mulai merasakan energi, kenikmatan ketika dekat dengan Allah di saat tahajud. Ketika mulai kuliah motivasi untuk lebih dekat dan mematuhi syariat Allah semakin menguat. Alhamdulillah saya diterima di Fakultas Farmasi UNAIR. Dan di masa kuliah inilah muncul dorongan untuk menutup aurat dengan lebih sempurna. Bisa dikatakan ini pertama kali saya pertama kali mengenakan jilbab dan gamis secara istiqomah.