Lihat ke Halaman Asli

Dwi Aprilytanti Handayani

Kompasianer Jawa Timur

BTN, Pahlawan Mewujudkan Impian Memiliki Hunian

Diperbarui: 25 Februari 2019   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri, rumah impian kami yang dibiayai BTN

Kenangan Rumah Kami Bersama BTN

"Jangan pernah takut bermimpi. Bersyukurlah ketika mimpimu tercapai. Bersabarlah jika mimpimu tak kunjung tunai"

Kalimat penyemangat tersebut tak lelah saya bisikkan ke dalam hati. Saya bersyukur salah satu mimpi saya telah terwujud kini, yaitu memiliki rumah pribadi.

Masih terkenang, setiap kali pulang kampung untuk mengunjungi ibu saat saya masih gadis dan bekerja di luar kota, bus antar kota yang saya tumpangi  melintas jalan tol berhias pemandangan perumahan mungil di seberang sisi kanan jalan.  Diam-diam saya berharap dalam hati kelak bisa memiliki rumah sendiri. Meski mungil dan jauh dari keramaian tetapi tidak sumpeg seperti saat hidup berbaur dengan banyak orang di kost-kostan. 

Saat itu saya masih tinggal di kamar kost yang super sederhana berdinding triplek berukuran 1,5 x 2 meter. Kamar yang hanya berisi lemari pakaian mini dan kasur kecil. Untuk mencuci dan mandi harus antri di kamar mandi mungil. Maka, impian memiliki rumah pribadi begitu menghentak di dalam dada.

Ternyata Tuhan mengabulkan harapan gadis desa yang bermimpi memiliki rumah, meski tak semegah istana tetapi berharap bisa menemukan kedamaian ketika bernaung di dalamnya.

(Calon) suami saya memberikan kejutan, bahwa dia telah mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di BTN. Dia sudah wanti-wanti bahwa rumah yang ia beli super sederhana sekali. Type 21 dengan luas tanah 96 meter persegi. Rumah yang terletak di pojok gang dan mungkin masih banyak kekurangan dan butuh biaya renovasi.

Hati saya melonjak gembira. Artinya sesudah menikah bisa tinggal di rumah sendiri? "Wah ya mungkin kita perlu renovasi dulu, bikin dapur, mindahin kamar mandi ke sudut rumah dan tambah kamar satu lagi untuk mengisi lahan kosong. Tapi itu pun jika pengajuan kreditku disetujui BTN" Jawabnya hati-hati. Bersyukur meski harus berhemat sedemikian rupa mengingat kami kelak masih harus mengangsur cicilannya, kabar gembira patut disambut dengan suka cita. Dan harus diiringi munajat kepada Sang Kuasa agar permohonon kredit kami diterima.

Alhamdulillah, pengajuan 10 tahun KPR kami disetujui. Terekam dalam ingatan, pada awal tahun 2000 besarnya angsuran rumah 200 ribu rupiah per bulan dan disetor melalui teller di kantor BTN terdekat.

Saat ini, hampir dua dasawarsa berlalu rasanya tak ada rumah yang dapat diangsur dengan cicilan 200 ribu rupiah sebulan. Harga rumah kami dahulu berkisar 15 jutaan. Kini harga rumah di Sidoarjo paling murah 150 jutaan. Rumah, hunian, properti tak pelak lagi adalah kebutuhan pokok yang harganya terus meninggi.

69 Tahun BTN Mengabdi Untuk Negeri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline