Lihat ke Halaman Asli

The Artist – Be Authentic Yet Do Market-ing…

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

:)

WOWW.. that’s what I can say about the most authentic movie in 2012.. THE ARTIST… Kenikmatan yang sangat berbeda menonton film bisu di era digital ini.. Seperti sedang menikmati musik tradisional keroncong di hotel bintang 5 yang modern dan lifestyle, somehow akan membuat orang merasa ‘terganggu’, tetapi bagaimanapun keroncong memiliki daya pikat yang tidak dapat dipandang sebelah mata.. itulah THE ARTIST.. Baru saja kemarin THE ARTIST mendapatkan Oscar untuk kategori Best Picture 2012, yang semakin memantapkan posisi THE ARTIST sebagai film yang memang layak diapresiasi lebih. Belum lagi Best Actor, Best Director, Best Costume dan Best Costume Design yang membuat malam Academy Awards 2012 menjadi malam milik THE ARTIST. BE AUTHENTIC, BE DIFFERENT Yang pasti THE ARTIST menjadi film yang otentik di tahun ini, bukan hanya karena tema film nya sendiri yang mengusung platform ‘film bisu’ maka bisa dikatakan sebagai film yang otentik (baca : kuno). Tetapi karena secara cerita dan plot yang memang sangat kuat otentisitas-nya. Menceritakan tentang seorang aktor bernama George Valentin yang memilikidiferensiasi yang otentik sebagai aktor. Kekuatan ekspresi dengan mimik muka yang luar biasa, membuatnya menjadi aktor film bisu yang sangat digemari di jamannya. Meskipun banyak aktor dan aktris pada jaman tersebut, tetapi George Valentin sangat kuat karakternya, sangat otentik, sehingga dia bisa menang dalam persaingan. THE PLATFORM IS CHANGE, THE MARKET IS CHANGE Dalam cerita yang diusung THE ARTIST, ada suatu masa di mana teknologi sound untuk film menjadi berkembang. Karena sebelumnya, film benar-benar ditampilkan sebagai film bisu, dan pada saat pertunjukan ada tim orkestra yang mengiringi pertunjukkan tersebut untuk memperkuat jalannya cerita. George Valentin sebagai aktor film bisu, melihat hal teknologi sound system untuk film bukanlah sebagai ancaman karena dirinya memiliki otentisitas yang kuat. Namun akhirnya pasar berbicara lain, pasar ingin melihat film yang sudah tersinkronasi dengan suara secara langsung. Film yang ‘berbicara’ secara langsung tanpa harus melihat teks diantara adegan film. Alhasil.. George Valentin semakin drop secara pamor, karena melawan trend/change yang terjadi di pasar. DO MARKET-ING, BE DIFFERENT, BUILD AUTHENTICITY Di sisi lain, seorang aktris yang mencintai George Valentin, Peppy Miller, adalah aktris yang melejit berkat perubahan teknologi sound system pada film. Peppy Miller membangun differensiasinya dalam trend yang sedang terjadi dalam bisnis perfilman di Hollywood, hasilnya dia menjadi aktris yang melejit pada jaman tersebut. Peppy Miller mengajak George Valentin untuk masuk kembali meramaikan kancah perfilman Hollywood, namun George merasa tidak yakin dengan kemampuannya bermain film dengan ‘mengeluarkan suara’ secara langsung. Namun ketika George & Peppy kembali mengacu pada otentisitas mereka,differensiasi mereka, mereka menemukan bahwa mereka memiliki ‘sesuatu‘ yang tidak dimiliki oleh orang lain yaitu ‘kemampuan menari‘. Mereka Do Market-Ing dengan memberikan sesuatu yang diminati oleh pasar, tetapi tetap kembali kepada otentisitas yang mereka miliki. Membangun otentisitas, menjadi berbeda atau membangun differensiasi.. tidak bisa dilakukan kalau melawan trend/change yang sedang terjadi di pasar. Melakukan Market-Ingtetap harus kembali melihat Market yang ingin diraih, bagaimana karakternya, pola perilakunya, bahkan apa yang mempengaruhi keputusan mereka untuk bertindak. THE ARTIST memang sebuah film yang fenomenal secara saya pribadi.. Memiliki otentisitas pada jamannya.. tetapi memang bisa menjadi bumerang ketika di-launch di Indonesia.. karena ‘film bisu’ bisa jadi flop di pasar Indonesia, karena tidak banyak yang menyukai film bisu.. pasar Indonesia masih menyukai ‘pop corn’ movie, action movie, dan komedi romantis.. butuh mengenali pasar lokal Indonesia juga kalau Hollywood ingin merilis film sekelas Oscar seperti THE ARTIST di Indonesia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline