Lihat ke Halaman Asli

Between Margaret Thatcher, Steve Jobs, and Tony Hsieh – Value Leadership

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13282527141058386016

[caption id="attachment_168083" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Apakah Anda penyuka film The Iron Lady? Atau mungkin Anda tidak terlalu suka dengan film dengan genre ini? Atau bahkan tidak terbersit di pikiran Anda untuk menonton film yang dipersepsi sebagai film yang membosankan, banyak drama, dan tidak ada action. Sempat ada yang bertanya apakah film ini bagus? Saya bisa menjawab film ini bagus, Meryl Streep saya acungi jempol dalam melakoni karakter Margaret Thatcher, two thumbs up. Namun secara pribadi, ada sedikit kekecewaan dalam plot cerita yang diusung.. seperti tidak ada klimaks yang membekas dan membuat film ini 'meng-KO' saya.. Tapi saya tidak akan membahas film ini terlalu jauh, walau saya pecinta film, namun saya bukan kritikus yang kredibel sehingga layak untuk memberikan opini yang dapat dipertanggunajawabkan. No Compromise.. itu yang menjadi Value Margaret Thatcher ketika memimpin Inggris yang kala itu mengalami banyak goncangan, terutama goncangan ekonomi, terorisme, bahkan terjadi perpecahan dalam tubuh pemerintahan. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh seorang wanita bernama Margaret Thatcher? Bagi penyuka sejarah, pasti sudah mengerti apa sebenarnya yang terjadi.. Dengan tangan besinya, maka dijuluki Iron Lady, Margaret Thatcher memimpin Inggris dengan gaya 'diktator' walaupun dengan sentuhan wanita (seperti pada saat menulis surat kepada orang tua yang anak-anaknya meninggal dalam pertempuran). Tetapi akhirnya? Inggris mengalami pertumbuhan ekonomi, pemerintahan yang kuat, dan juga berhasil membawa Inggris menjadi negara yang disegani oleh dunia.. Lalu apakah leadership ala Margaret Thatcher adalah kunci keberhasilan? Hal yang sama sebenarnya juga terjadi pada Apple... Mungkin tidak semua tahu bahwa Steve Jobs dikenal dengan 'bos yang kejam' karena Steve Jobs sangat menuntut kesempurnaan dalam menciptakan inovasi-inovasi yang mampu membawa Apple sebagai Brand yang sangat dikagumi. Kuncinya hanya karena Steve Jobs ingin memberikan yang terbaik bagi pelanggannya.. Namun Value tersebut menjadi driven bagi Steve Jobs sehingga menuntut kesempurnaan, bahkan cenderung manic, antusiasme liar yang menunjukkan energi yang tidak terbendung.. Sekali lagi.. leadership ala Steve Jobs yang 'diktator' juga berhasil membawa Apple memiliki Value yang tidak dimiliki oleh pesaing-pesaingnya di seluruh dunia. Padahal kalau kita berpikir lebih jauh, teknologi di dunia semuanya sama.. semua orang bisa menciptakan teknologi yang paling canggih di era internet ini.. Tetapi Apple ternyata berhasil menjadi lebih dari sekedar teknologi, Apple adalah cult bagi para penggemarnya.. Pertanyaannya kembali apakah memang Leadership gaya 'diktator' yang memang memegang kunci keberhasilan? Bagaimana dengan orang yang satu ini? Tony Hsieh CEO dan Founder dari Zappos, perusahaan online yang menjual sepatu di Amerika. Tidak ada yang menyangka bahwa sepatu bisa dijual secara online, namun Zappos telah berhasil tidak hanya menjual sepatu, tetapi juga bagaimana suatu perusahaan memiliki value happiness sebagai core value-nya. Tidak hanya memberikan value happiness bagi pelanggannya, tetapi juga menjadi tempat kerja yang paling diinginkan bagi para pekerjanya.. Memang terlihat sangat berbeda dengan Margaret Thatcher dan Steve Jobs yang menunjukkan ke-diktator-an dalam memimpin, Tony Hsieh justru ingin membuat Happiness menjadi value culture juga dengan alasan yang sama.. ingin memberikan yang terbaik bagi para pelanggannya.. dan hal tersebut berhasil dilakukan oleh Tony dengan Zappos-nya.. Lalu apakah harus bergaya 'diktator'? Sebenarnya kunci keberhasilan mereka adalah Value-Based Leadership.. yang artinya mereka benar-benar 'menghidupi' apa yang menjadi Value mereka.. Tidak hanya sekedar berbicara Value, tetapi mereka juga melakukan Value yang mereka percayai dan menjadi kunci keberhasilan mereka.. Istilahnya mereka tidak hanya Talk the Walk tetapi juga Walk the Talk.. Value yang mampu membuat Karakter Margaret Thatcher, Steve Jobs, maupun Tony Hsieh menjadi kuat dan teruji.. dan Value tersebut yang membuat mereka mampu memimpin dan membawa keberhasilan, baik bagi tim secara internal maupun secara eksternal (pelanggan maupun rakyat). Mari kita mengamati sekeliling kita.. perusahaan-perusahaan besar yang kredibel dan sukses di pasar.. adalah perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh seseorang yang memiliki Value luar biasa.. walaupun mungkin bisa jadi tidak sesuai atau tidak disukai oleh sekelompok orang bahkan banyak orang.. tetapi tetap saja Value menjadi driven bagi keberhasilan bisnis suatu perusahaan tersebut.. Pertanyaannya sekarang.. apakah Anda seorang pemimpin? Bagaimana kondisi perusahaan Anda saat ini? Apakah Value yang menjadi driven? atau hanya sekedar menjadi Profit?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline