Lihat ke Halaman Asli

Banjir Tidak Diizinkan Datang di Musim Kemarau (Renungan Kaca Retak)

Diperbarui: 4 April 2021   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjir di Kab.Bima NTB


Secara keilmuan meluapnya air disebabkan oleh: intensitas hujan tinggi dan dalam waktu yang lama, tdk maksimalnya serapan air ke dalam tanah, sempitnya sungai (berubah fungsi), membuang sampah sembarang, serta dangkalnya muara. Lebih diperparah lagi oleh pasangnya air laut pada waktu yang sama dengan turunnya hujan.

Mengkambinghitamkan petani dan juga power low pemerintah sebagai biang gundulnya gunung yg berakibat pada meluapnya air (banjir) tidaklah tepat. Sebenarnya, banjir (bandang) telah terjadi sejak dulu yang disebabkan oleh berbagai faktor kompleks dan kondisi daerah tertentu. Di zaman nabi Nuh misalnya, telah terjadi banjir bandang selama 6 bulan berturut-turut. Demikian pula di ibukota Jakarta yg kerap dilanda banjir dan telah merusak sebagian tata kehidupan di sana. Apakah ada petani yang menanam jagung (gunung gundul) di dua zona ini. Tidak juga ...!

Pada 15/12/2020 Banjir bandang telah menerjang Jatim yg berdampak buruk pd 15 kabupaten yg menghanyutkan rumah warga, pertanian, dan hewan  piaraan mereka. Beberapa waktu lalu juga telah terjadi banjir bandang yg meluluhlantahkan kehidupan masyarakat Banyuwangi Jatim. Menurut catatan Saya, bukan pula akibat gundulnya hutan oleh petani.

Yg menjadi catatan khusus Saya, banjir bandang yang melanda Kab. Banjar Kalsel (13/01/2021) yg memiliki hutan alam terbesar di +62 & terawat dg baik, telah melumpuhkan 7 kecamatan di sana.

Masih banyak catatan musibah banjir di toritorial +62 dan negara lain yg dpt digeneralisasi sebagai akibat dari "intesitas hujan yang tinggi" dari hasil proses evaporasi, kondensi, dan presifitasi alam.

Demikian pula yang terjadi tahun lalu di Kota Bima, dan sekarang di Kec. Monta, Bolo, dan Madapangga. Semua karena intensitas hujan yang tinggi. Penanaman jagung oleh para petani itu hanya sebagai faktor pendukung yg telah mempercepat proses meluapnya air dan bukan sebagai satu-satunya penyebab.

Simpulan
Meluapnya air (banjir) ini memang Azab dari Allah SWT, karena msh ada dan bahkan banyak manusia yg membangkan perintah-Nya, mengabaikan suara Alim Ulama, rendahnya ibadah sosial, saling menyalahkan tanpa fakta, pemerkosaan,  saling bunuh, iri-dengki sesama, kawan dijadikan lawan serta kaum intelektual yang tidak intelek telah memberikan sumbangsih turunnya azab Allah SWT. (duta)

#maribersandarvertikalkepadaAllah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline