Muhamadiyah menyatakan tidak ikut sidang isbat yang diselenggarakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama.
Muhammadiyah sudah menentukan awal Ramadhan bertepatan dengan Kamis (18/6). Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini menggunakan metode Hisab dalam menentukan awal bulan. Baca di sini
Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih berpandangan bahwa untuk awal bulan sudah bisa diketahui menggunakan hisab.
Selain itu, Muhammadiyah pun berpikiran, kalau menggunakan rukyatul hilal dalam menentukan awal bulan hijriah, kenapa pemerintah setiap bulan tidak melaksanakan sidang isbat tetapi berdasarkan hisab.
Tindakan pemerintah itu dinilai tidak konsisten yang selama ini dilakukan. Muhammadiyah akan tetap konsisten dengan menggunakan hisab dalam menentukan awal bulan hijriah.
Tentunya sikap Muhammadiyah sangat disayangkan berbagai pihak karena bisa mencederai ukhuwah Islamiyah. Boleh saja ikut sidang isbat tetapi tidak ada pemaksaan pendapat.
Selain itu, dalam sidang isbat itu bertemu para pemimpin ormas Islam dan bisa menjalin silaturahmi. Ini merupakan ajaran Islam dan perintah Rasulullah.
Kalau dilihat, semenjak Din Syamsuddin menjabat Muhammadiyah selalu berseberangan dengan pemerintah dan terlihat frontal. Berbeda yang dilakukan legenda Muhammadiyah KH AR Fachruddin.
Kiai AR Fachruddin sangat menghormati perbedaan pendapat. Walaupun berseberangan tetapi tidak langsung mengkritik pemerintah tetapi melalui surat.
Kehidupan Kiai AR Fachruddin pun sangat sederhana, berbeda dengan pimpinan Muhammadiyah sekarang yang hanya mengejar kekuasaan dan harta benda.
Hasil lobi Kiai AR Fachruddin untuk Muhammadiyah sangat dirasakan sekarang di mana Presiden Soeharto mewakafkan tanah 25 Hektar yang sekarang dijadikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).