Lihat ke Halaman Asli

Mencermati Langkah Politik Hary Tanoe

Diperbarui: 17 Juli 2016   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita tak boleh menyelepekan kekuatan seseorang seberapapun konyolnya hal itu terlihat. Anda dan saya mungkin bisa menertawakan apa yang dilakukan Hary Tanoe… tetapi kalaupun dampaknya tak berhasil langsung di pemilu, ekses lainnya tetap akan terasa. 

Yang saya bicarakan adalah Hary Tanoe dan sinetron-sinetron religi serta pseudo-religinya. Sebagai orang yang hanya bisa menonton sinetron Indonesia dan memiliki orangtua yang mencintai sinetron Indonesia, saya bisa berkata bahwa dibanding channel lain, RCTI adalah channel dengan tingkat religiusitas tertinggi.

Dari mulai sinetron AJ hingga CHSI, nuansa religi terbungkus rapi dengan pesan-pesannya yang terbilang ketat. Mari blak-blak-an saja. Konsep taaruf, tidak boleh berdua kalau bukan muhrim, hingga konsep istri taat suami… adalah konsep yang lumayan baru di Indonesia. Konsep tersebut hadir bersamaan dengan menguatnya gerakan Salafi dan Islamic Brotherhood.

Saya tak bilang konsep tersebut salah atau harus disalahkan. Tetapi yang saya katakan adalah ketika konsep tersebut digunakan untuk menarik perhatian massa. Bukan apa-apa. Tetapi dengan sinetron-sinetron yang menawarkan konsep bahwa berakhlak baik serta agamis sama dengan hidup surga dunia serta neraka, masyarakat akan lupa dengan persoalan yang nyata sedang dihadapi. Mereka naif mengira bahwa dengan tidak berzina, maka tidak akan terjadi gempa! Atau orang jadi sibuk mengurus hijab sedangkan koruptor menguasai 4 properti bernama istri.

Agama adalah candu, begitu kata Marx. Di tengah ketidakadilan yang terjadi, beberapa orang yang “cerdas” mencoba menjual jargon agama untuk menggaet massa. Mungkin ia belajar dari kesalahan lampau… saya tidak tahu. Tetapi bukankah kita semua masih ingat ketika pasangan capresnya pemilu kemarin –Bapak Wiranto- harus pura-pura jadi “pengemis” di salah satu tayangan “reality show” yang terbukti tidak menjual?

Dan kini HT menempuh jalan yang lebih halus. Bukan dengan memasang Wiranto atau dirinya berpakaian pengemis… Ia juga tidak frontal seperti TV One-nya Bakrie atau Metro-nya Nasdem. Ia mengandalkan tarian lamanya tapi dengan tambahan bumbu religi plus putaran Mars Perindo tiap kali iklan.

Sungguh sangat mengagumkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline