kasihan ya melihat dirimu di luar sana , tanpa selimut , tanpa jaket , tanpa sehelai kain di dirimu , tenggelam di suatu tempat yang gelap. yah tempat di mana kami tidak bisa melihat mu secara utuh .
pengorbananmu begitu besar untuk kami, tapi apa daya kami, kami tak bisa berbuat apa apa , yang ada hanya cekakak cekikik tentang tawa tawa yang tidak jelas berasal dari mana. begitupun di tempat kami menuntut ilmu, hanya permainan dan tergeletak dengan mimpi indah di atas meja kami saat guru sedang menjelaskan.
ingin ku sadari bahwa kami bukan cucumu atau generasi mu yang baik, apakah kami mesiti memakai topeng untuk menutupi semua kejelekan kami ini, mungkin dirimu di sana hanya bisa mengeleng" kepala saja melihat generasimu yang kurang begitu baik .
tapi di balik itu semua pasti kalian tersenyum, melihat sebagian di plosok negrimu tempat darahmu mengalir masih banyak yang bersemangat untuk menggantikan sosokmu, walau jarak menjadi rintangan mereka , tapi tetap mereka pergi walau kaki mereka lecet maupun tertusuk duri, melewati sungai, kali, hutan , dengan tempat yang kurang memadai , tapi kami tetap bersemangat untuk trus menuntuk ilmu, ya itu untuk membuktikan perjuanganku terhadapmu .
terus berjuang dan berjuang , merdeka , merdeka , merdeka ...................
wahai pejuangku, dirimu tak tergantikan di hatiku, namamu selalu ada di sini , di negriku indonesia ..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H