Lihat ke Halaman Asli

Untuk Kita!

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku menatap wajah lelaki dihadapanku ini lekat-lekat. Mencoba mengingat siapa sebenarnya dia. Mata tajam namun sayu itu, hidung bengkok itu, senyuman di bibirnya, nafas yang beraroma rokok mint, bahkan rambut hitamnya yang berjambul dan sedikit berantakan, semuanya terasa familiar. Menyulut sebuah perasaan aneh yang memenuhi relung hatiku.

Ku gali serpihan kenangan yang mungkin tersisa di kotak memoriku, tapi aku tak menemukan apapun. Siapa lelaki tampan ini? Pernahkan aku mengenalnya?

"Kamu mengingatku, Nay?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya. Dia terlihat ... sempurna!

"Apa aku pernah mengenalmu?" tanyaku bingung. Kenapa aku tak menjawab pertanyaannya? Bodoh!

"Yes, setidaknya enam tahun yang lalu," jawabnya. Senyumnya mereda. Dihisapnya sebatang rokok di tangan kanannya.

"Enam tahun yang lalu? Siapa namamu?"

"Evan. Evan Prasastya!" dia memalingkan wajah dan menyandarkan punggungnya di sandaran bangku yang kami duduki saat ini.

"Evan? Bagaimana aku mengenalmu?"

"Ayolah, Naya! KIta sempat bertemu di bukit kupu-kupu." Penjelasannya membuatku mengernyit. Bukit kupu-kupu?

"Aku tidak ingat," jawabku sambil berdiri. Berniat meninggalkannya karena jam kuliahku akan segera dimulai.

"Tak ada satu pun yang dapat mengerti diriku, kecuali hatimu." ucapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline