Mas Karno, seorang tukang becak yang sudah lama menjalani profesinya. Dari umur 17 tahun diamengayuh becak sampai sekarang umurnya sudah 48 tahun. Berarti sudah 31 tahun dia menafkahianak istrinya dengan cara menjual keringat di atas sadel becaknya.
Ada satu hal yang tak pernah ditinggalkan Mas Karno selama dia menjadi tukang becak. Dia selalubangun pagi dan shalat subuh di mesjid jami dekat rumahnya. Habis shalat subuh, barulah MasKarno menjemput rejeki berkeliling Kota Yogyakarta.
Satu hari, selepas Subuh, Dullah yang kebetulan shalat di Mesjid itu juga keluar Mesjid bersamaandengan Mas Karno.
"Bang!" Panggil Dullah
"Boleh anter saya cari sarapan?"
"Inggih Pak, mari saya antar..." Sambut Mas Karno girang, keluar Mesjid langsung dapat penumpang.
"Bapak mau sarapan apa?" Tanya Mas Karno.
"Apa saja, yang penting makanan asli Jogja dan enak!" Dullah meminta kepada Mas Karno.
Sepanjang jalan mereka ngobrol ngalor-ngidul, sampai kemudian Dullah menanyakan sesuatu yang agak serius.
"Mas, cita-citamu apa?" Tanya Dullah.
"Waduhhh...jangankan cita-cita Pak, makan hari ini aja untuk saya sama keluarga belum tahu." Jawab Mas Karno seperti kehilangan harapan.