Lihat ke Halaman Asli

Keumala, Langit dan Senja

Diperbarui: 4 September 2018   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Sebuah pertemuan yang tak diinginkan. Senja yang biasanya memberi pesona dengan keindahannya deperebutkan oleh dua insan yang memendam luka. Luka yang disembunyikan dalam keegoisan laku. 

Debur ombak, karang, kapal, langit, keramaian dan kamar sempit merupakan perpaduan antara kesendirian, sepi, kegelisahan, ketenangan, kekuatan dan keteguhan. Sebuah film yang berjudul "Keumala" sebuah nama yang sangat akrab dengan laut. Ya Laksamana Keumala Hayati seorang perempuan Aceh yang mewarnai sejarah perjuangan Indonesia. Namanya kini diabadikan sebagai nama dari sebuah pelabuhan di Aceh.

"Keumala" yang ditulis oleh Dirmawan Hatta dirilis 6 tahun lalu, bukanlah film best seller. Akan tetapi ketika tema yang diangkat itu tentang suatu tempat maka dia akan selalu kental dengan warna kedaerahan tersebut. Karakter yang dimainkan Inong, gadis cilik yang terlihat usil namun cerdas memberikan warna tersendiri. 

Inong merupakan anak korban tsunami Aceh yang begitu optimis menunggu ibunya yang belum ditemukan. Anak inilah yang kemudian menjadi jembatan menyatukan dua hati yang tenggelam dalam lukanya masing-masing. Langit (Abimana Aryasatya)  mencoba untuk minta maaf kepada Keumala (Nadia Vega) atas kelakuannya saat pertama kali bertemu.

Hati Keumala pun semakin melunak dan mungkin menjadi getaran rasa antara keduanya. Andhy Pulung sang sutradara sepertinya ingin menjaga orisinalitas kedaerahan dari film "Keumala" ini sehingga dia mengajak Cut Yanthi berperan sebagai ibunya Keumala.

Langit yang selama ini selalu memotret pemandangan akhirnya membuka diri untuk memotret keramaian. Sepertinya sebuah luka telah tersembuhkan, sebuah dinding keangkuhan telah runtuh dengan sentuhan cinta. Kapal yang mereka tumpangipun terus berlayar menemukan dermaga pemberentiannya. 

Begitu juga dengan perjalanan cinta mereka yang baru saja berlayar. Jatuh cinta atau patah hati? Perjalanan cinta mereka sama seperti kapal yang sedang berlayar di tengah samudera. Badai, ombak dan segala bentuk cuaca buruk diperjalanan sebuah kemungkinan yang tak bisa terelakkan.

Keumala dengan karakternya yang begitu tegas kebingungan dengan perasaannya sendiri. Kapal yang mereka tumpangi telah menemukan dermaganya tapi cinta antara Keumala dan Langit diterpa badai bahkan diawal pelabuhannya. Keumala divonis menderita retinis pigmentosa, penyakit yang diwariskan secara genetik yang diawali dengan kesulitan melihat dan berujung dengan kebutaan. Ditengah kegalauannya, Keumala dibayangi oleh kesendirian merasa tidak dicintai oleh Ibu angkatnya dan meragukan kemampuannya melanjutkan pekerjaan sebagai penulis.

Inong telah melakukan tugasnya dengan baik, Langit akhirnya bertemu dengan Keumala yang tak lagi bisa melihat. Langit berusaha menjadi orang lain untuk menjaga hubungannya dengan Keumala. 

Sampai akhirnya dia memberitahukan yang sebenarnya. Seperti kisah cinta di film pada umumnya akhirnya merekapun kembali bersatu. 

Satu hal yang sangat berbeda adalah latar musik yang biasanya ada di film biasa digantikan oleh suara deburan ombak. Percakapan searah yang dilakukan Keumala menambah kesyahduan kisah cinta mereka. Dan tentu saja untuk seorang yang berdarah Aceh, saya merasa bangga. Secara langsung atau tidak film ini telah mempromosikan keindahan Tanah Rencong dengan panorama pantai yang mempesona.

Malang, 04 September 2018

Fauziah Humaira




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline