Lihat ke Halaman Asli

Ariesta Azis

Penulis Pemula

Bahaya Metamfetamin: Merusak Diri Sendiri dan Orang Lain

Diperbarui: 11 September 2024   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pngtree.com/freepng/broken-syringe-leaf-hani-international-anti-drug-day-png-psd_8270682.html

Detik(dot)com pada Selasa, 10 September 2024, memberitakan penangkapan lima orang pengedar 1 kg sabu di Kota Makasar. Berita ini membuat saya kembali mengingat masa ketika masih kuliah di Jurusan Kimia. Kami sebagai mahasiswa Jurusan Kimia ketika mendengar suatu zat atau bahan kimia secara otomatis akan berfokus pada nama sistematis (IUPAC), struktur, reaktivitas, dan segala aspek kimiawi dari zat tersebut. Sekarang, saya ingin sedikit berbagi pengetahuan saya tentang zat ini.

Nama lain sabu (kadang disebut shabu) adalah metamfetamin dengan nama IUPAC (RS)-N-metil-1-fenilpropan-2-amina. Metamfetamin merupakan pengembangan dari zat sebelumnya, yaitu amfetamin (fenilisopropilamina) yang disintesis oleh ahli kimia Rumania, Lazr Edeleanu, pada tahun 1887 di Jerman. Metamfetamin sebenarnya digunakan untuk mengobati kasus parah ADHD, narkolepsi, dan juga pengobatan obesitas untuk jangka pendek, namun banyak disalahgunakan. Meskipun metamfetamin memiliki beberapa manfaat medis, penggunaannya sangat terbatas karena risiko tinggi penyalahgunaan, ketergantungan, dan efek samping yang berbahaya. Bahkan dalam pengobatan resmi, dosis yang diberikan jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang digunakan dalam penyalahgunaan narkoba.

Zat ini dapat terserap di tubuh melalui paru-paru jika dihirup dan juga melalui pembuluh darah jika disuntikkan. Cara kerja zat ini dalam tubuh adalah dengan mempengaruhi sistem saraf pusat untuk meningkatkan produksi dopamin yang membuat tubuh merasa sangat berenergi dan bersemangat, namun menurunkan nafsu makan dan tidur. Penggunaan secara terus-menerus akan menimbulkan toleransi di tubuh, sehingga tubuh akan menuntut dosis yang lebih tinggi daripada sebelumnya untuk mendapatkan efek yang sama. Hal ini yang akhirnya mengakibatkan kecanduan yang akan sangat sulit untuk dikendalikan.

Penyalahgunaan zat ini sangat berbahaya, baik jangka pendek mau pun jangka panjang. Efek jangka pendek misalnya peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh, bahkan seringkali menyebabkan kelelahan dan dehidrasi. Pada penggunaan jangka panjang berisiko mengalami kerusakan otak permanen yang berdampak pada kemampuan berpikir dan memori. Selain itu, efeknya dapat meliputi gangguan psikologis seperti paranoia dan halusinasi, serta kerusakan organ vital seperti hati, jantung, dan ginjal. Tidak jarang, pengguna sabu kronis juga menunjukkan gejala gangguan jiwa yang parah dan sulit disembuhkan.

Selain merusak diri sendiri, pengguna zat ini juga memiliki dampak sosial luas. Penggunaan sabu sering dikaitkan dengan peningkatan tindak kriminalitas, bisa karena dorongan ekonomi untuk membeli narkoba atau akibat gangguan mental yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjang. Perawatan bagi pecandu sabu juga dapat membebani keluarga dan kerabat di sekitarnya baik dari sisi ekonomi dan produktivitas.

Efek adiktifnya yang sangat kuat membuat pengguna terjebak dalam siklus ketergantungan yang sulit dihentikan. Selain itu, dampaknya juga merugikan lingkungan dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menyadari betapa seriusnya ancaman metamfetamin dan menjauhinya dengan tegas. Mari bersama-sama meningkatkan kesadaran akan bahaya narkoba ini dan melindungi diri serta orang-orang yang kita cintai dari risiko penggunaan zat berbahaya tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline