Kenyataan Sistem Pendidikan Pesantren Masa Sekarang
( oleh Dumyati, S.Pd.I )
Sekalipun pesantren dalam perjalanan kesejarahan banyak mengalami berbagai tekanan dan perlakuan yang tidak adil dari penjajahan atau dari bangsa sendiri, namun sampai saat ini ternyata pesantren tetap eksis bahkan semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia, hal ini antara lain bisa dilihat dari indiktor-indikator sebagai berikut. *Dalam desawarsa terakhir ini semakin banyak berdiri pesantren-pesantren baru di berbagai pelosok tanah air bukan hanya di desa-desa seperti dahulu, tetapi justru di tengah-tengah kota bertebaran pondok pesantren menurut Ditjen Pendis jumlah pesantren mencapai 43.000 tahun 2014. *Minat orang tua untuk memasukkan anak-anaknya ke pesantrenpun semakin meningkat sehingga banyak pesantren yang terpaksa menolak calon-calon santrinya dengan mengadakan seleksi masuk. *Banyak tokoh-tokoh formal negeri ini termasuk yang bersikap sinis terhadap pesantren yang secara diam-diam memasukkan putra-putrinya ke pesantren, terutama setelah mereka tidak mampu mendidiknya, akibat korban narkoba dan pergaulan bebas atau akibat kenakalan remaja lainnya. *Secara diam-diam pula banyak tokoh-tokoh pendidikan sistem sekolah di negeri ini yang mengakui ke unggulan sistem pesantren, antara lain dengan mengadakan kegiatan pesantren kilat, pesantren ramadhan, pesantren eksekutif, dan sebagainya.
Demikian sekilas tentang pondok pesantren ditinjau dari aspek historis masa lalunya dan kenyataan yang berkembang saat ini. Kalau kita tinjau dari filosofis edukatif ataupun teknis operasional, sebenarnya sistem pendidikan pesantren memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan kompetetif, di bandingkan sistem-sistem pendidikan lainnya, antara lain sebagai berikut;
- Pesantren adalah lembaga pendidikan yang berasal dari, dikelola oleh, dan berkiprah untuk masyarakat sehingga paradigma pendidikan yang berorientasi pada community based education seperti banyak di dengung-dengungkan orang akhir-akhir ini, bagi dunia pesantren sudah menjadi praktek sehari-hari, bukan sekedar selogan kosong. Hal ini juga di topang oleh 2 fungsi utama pesantren yaitu sebagai lembaga pendidikan Islam sekaligus sebagai lembaga da’wah Islam atau agent of social development
- Visi pendidikan pesantren adalah implemntasi dari fungsi ibadah kepada Allah sekaligus fungsi khalifah Allah di atas bumi, sehingga keseimbangan antara sikap khusyu’ dan tawadhu’ (rendah hati) sebagai hamba Allah, dengan sikap eksploratif inovatif (cerdas dan terampil) sebagai wakil Allah di atas bumi.
- Misi pendidikan pesantren terdiri dari 2 jenis yaitu misi umum, untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas imaniah, ilmiah dan amaliah (khoiro ummat) dan misi khusus untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin umat (mundzirul qoum) yang benar-benar memahami agamanya (mutafaqqih fid-din)
- Sejak dini, kepada pera santri telah ditanamkan pengertian yang sebenarnya tentang thalabul-ilmi (mencari ilmu), terutama yang menyangkut niat awal atau motivasi dalam mencari ilmu, yaitu semata-mata untuk ibadah kepada Allah SWT. Dalam pengetiannya yang luas. Bukan ilmu untuk sekedar ilmu, bukan ilmu untuk ijazah, bukan ilmu untuk mendapatkan title, dan bukan ilmu untuk sekedar cari kerja. Motivasi-motivasi yang terakhir inilah yang selama ini sangat mendominasi kebanyakan para pelajar kita dalam mencari ilmu, sehingga berakibat sangat fatal bagi perkembangan keperibadian mereka setalah terjun ke masyarakat.
- Arah pendidikan di pesantren tidak semata-mata bersifat vertical (sekedar untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi) tetapi juga bersifat horizontal kemasyarakatan, yaitu mempersiapkan santri untuk menjadi aggota masyarakat yang mandiri sekaligus bermanfaat bagi yang lainnya, bagi para santri, belajar dan bekerja, dalam bentuk apapun, adalah ibadah dan amal shaleh yang pasti berpahala di sisi Allah. Karena itu tidak ada istilah nganggur (menunggu pekerjaan) bagi para santri produk pendidikan pesantren. Mereka tidak mau menunggu lapangan kerja, tapi berusaha untuk mencari dan menciiptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri, bahkan bagi orang lain.
- Ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat) adalah harapan dan do’a yang senantiasa menjadi obsesi para santri dan kiyai. Di pesantren pendidikan lebih bersifat competence oriented, bukan sekedar content oriented ini tentu sangan relevan dengan paradigma baru pendidikan yang mengarah pada pembekalan keterampilan hidup (life skills) dan keterampilan social (social skills)
- Prinsip pendidikan yang berlaku di pesantren selama ini adalah prinsip-prinsip kejuangan, pengorbanan, jihad, ijtihad, dan mujahadah yang dijiwai oleh jiwa-jiwa keikhlasan, kesederhanaan, serta kebebasan berfikir yang positif dan produktif. Semua itu adalah prinsip-prinsip kerja yang belakangan ini mulai di kembangkan dalam manajemen modern, termasuk dalam dunia pendidikan.
- Kiyai ataupun pemimpin pesantren, tidak saja berfungsi sebagai leader, central figure dan top manajer di pesantrennya masing-masing tapi juga menjadi moral force bagi para santri dan seluruh penghuni pesantren dimana antara santri dan kiyai tercipta hubungan bathin (bukan sekedar emosional) yang tulus dan kokoh, bahkan sampai ketika mereka sudah pulang ke masyarakat.
- Sesuai dengan ajaran dan tradisi dalam Islam, para santri menggap dirinya sebagai abdi/hamba bagi guru ataupun ustad yang mengajarinya, sehingga masalah wibawa guru yang banyak menjadi kendala psikologis dan sosiologis dalam sistem pendidikan kita, bagi dunia pesantren tidak lagi menjadi masalah yang butuh pemecahan. Guru di mata para santri, bagaimanapun keadaannya, tetap mendapat tempat yang terhormat.
- Hubungan antara santri dengan santri dalam satu pesantren atau antara pesantren berlangsung dalam suasana ukhuwah Islamiyah yang bersumber dari aqidah dan akhlaq karimah serta diimplementasikan langsung dalam keseharian mereka di dalam pesantren, sehingga tidak pernah kita dengar ada tawuran antar santri.
- Kerja-kerja pendidikan, pengasuh dan pembudayaan di pesantren lebih dipentigkan dari sekedar pengajaran yang lebih bersifat verbal dan retorika. Perisip-prinsip uswah dan shuhbah (contoh dan komuinikasi interpersonal) dan sistem among menjadi urat nadi kehidupan santri sehari-hari
- Metode pembelajaran di pesantren sejak dulu memang bersifat pupil centered bukan teacher centered, yaitu antara lain yang dikenal dengan metode-metode bendongan, sorogan, halaqoh, santri musafir, belajar tuntas dan sebagainya. Karena itu, sistem yang banyak dikenal dengan nama quantum learning atau quantum teching yang sedang menjadi idola akhir-akhir ini, sebenarnya bukan lagi hal yang baru bagi pesantren.
Berangkat dari dua tinjauan di atas, mereka yang berpandangan obyektif pasti yakin bahwa sistem pendidikan pesantren insya Allah akan mampu memberkian kontribusi yang sangan bermakna bagi bangsa kita dalam upaya mencari sistem pendidikan nasional yang paling efektif, relibel dan fisibel bagi setiap individu, kelompok dan masyarakat bangsa Indonsia secara keseluruhan. Apalagi setelah terjadinya multi krisis akhir-akhir ini yang diakui atau tidak lebih banyak bersumber dari gagalnya sistem pendidikan kita untuk mencetak SDM-SDM yang berkualitas imaniah, ilmiah, dan amaliah, khuisusnya di kalangan elit bangsa kita maupun pada keseluruhan lapisan masarakat kita pada umumnya.
Kita harus mengakui dan menyadari, bahwa pensantren adalah aset bangsa dan warisan kreatif leluhur kita yang patut di banggakan dan harus dipertahankan, tetapi sekaligus dibenahi disempurnakan dan ditingkatkan kualitasnya. Siapa tau dengan upaya-upaya tersebut, pesantren bisa menjadi salah satu sistem pendidikan alternative yang secara resmi di akui dunia internasional sebagai sistem pendidikan yang bersal dari Indonesia. bukanklah bangas kita juga yang akan merasakan kebanggannya.
Siapa yang mengira dengan fakta yang ada sekarang, dengan banyaknya sekolah negeri ataupun swasta mendirikan asrama-asrama (penginapan) para siswa dengan mengadopsi sistem pendidikan pesantren, dan melihat dari zaman sekarang memang sangat diperlukan pendidikan seperti pendidikan pesantren yang mendidik dalam ranah imaniah, ilmiah, dan amaliah. Mudah-mudahan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dan menjadikan SDM-SDM yang berkualitas. (red/dm)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H