Suka pamer belum tentu negative. Jangan dimatikan tapi juga jangan dibiasakan menjadi arena jor-joran.
Riska berlari-lari kecil mendekati Maya. Ditangannya tergenggam permen coklat yang sering diiklankan di TV. Dengan bangga munculah teriakan kebanggan dari mulut kecilnya. "hai may! Aku punya permen ini. Enaak loo...!" samnil terus mengayunkankan tangan berisi permennya di depan muka Maya.
Mata bulat Maya membelalak takjub sambil menatap penuh minat pada permen coklat yang dibawa oleh Riska. Mulutnya hanya terus molongo menahan keinginan untuk memilikinya juga. Sementara itu Riska terus memanas-manasinya sambil berkata "ini mahal loo" "kamu gak punya kan...?!" begitu terus kata-kata itu diulangnya.
Tak kuasa menehan keinginan dan godaan dari Riska akhirnya Maya masuk ke rumah dan mendekati ibunya yang sedang memasak di dapur dan berkata "buu, belikan permen coklat kayak punya Riska, yang ada di TV tu loo..." rengeknya. Merasa hal itu hanya masalah kecil, ibu Maya hanya menjawab ringan "Ah, cuman permen kayak gitu aja loo"
Maya mulai menangis makin lama tangisnya makin keras dan akhirnya meraung-raung. Ibu Maya tak habis pikir dan makin bingung sebenarnya apa yang terjadi. Tak seperti biasanya Maya mengis meraung-raung hanya karena masalah permen. Seperti menghadapi masalah besar.
Fitrah anak mencari perhatian
Sebenarnya sama sekali tidak aneh, jika kenginan mendadak Maya didasari karena rangsangan "pameran" yang dilakukakn oleh Riska. Perrilaku memamerkana barangnya yang dilakukan oleh Riska merupakan hal yang wajar dan biasa. Memiliki barang baru apalagi barang itu juga ingin dimiliki oleh anak sesusianya merupakan hal yang sangat membanggakan bagi anak. Mereka memiliki naluri untuk memamerkannya pada siapapun agar mendapatkan perhatian dan pujian.
Bukankah naluri "Pamer" seperti inipun masih banyak dimiliki oleh orang dewasa. Apalagi pada anak-anak yang notabenenya masih memiliki sifat Egosentrisme yang masih tinggi. Dimana semua perhatian harus berpusat di "aku". Dan barang baru merupakan salah satu saran terbaik untuk mendapatkan perhatiandan pujian.
Tujuan mencari perhatian inipun juga bukan merupakan hal yang aneh bagi anak. Jangan menyemaartikan hal ini dengan keinginan orang dewasa utuk menyombongkan dirinya. Kata-kata "Sombong" sebenarnya belum ada di dalam kamus bahas anak, kecuali jika terbentuk dalam proses perkembangan kejiwaan anak selanjutnya.
Sebagai orang tua kita jangan terlalu khawatir dengan naluri anak mencari perhatian seperti ini. Hal ini tergolong upaya positif dalam perkembangankepribadian anak. Dengan semakin banyaknya perhatian yang didapatkan anak itu dapat membantu untuk membangun sikap percaya diri anak sejak dini.
Banyak orang tua yang kebingunan menghadapi sikap anaknya yang suka pamer ini. Mereka takut anaknya dijauhi oleh temannya dan tidak memiliki teman karena sikap suka pamernya ini. Banyak pula orang tua yang sakit hati dan gampang panas karena anaknya dipameri oleh anak lain. Maka ketika anaknya merengek untuk dibelikan barang tersebut orang tua langsung memenuhi keinginan anak. Bahakan membelikan barang yang lebih bagus dan mahal agar dapat membalas pameran dari temannya dengan barang yang lebih bagus.