Beberapa hari belakangan ini, masyarakat Sumatera Selatan khususnya kota Palembang digoda oleh Agrowisata Tanjung Sakti Pagaralam yang viral di media sosial, sehingga menjadi penasaran dan ingin berkunjung ke sana, tak terkecuali kami sekeluarga.
Oleh sebab itu, Jumat malam tanggal 4 September 2020 kami berangkat ke sana dengan mengendarai mobil. Sengaja memilih malam hari dengan harapan Sabtu pagi sudah sampai tujuan, karena jarak tempuh dari Palembang ke Pagaralam cukup jauh, lebih kurang tujuh jam. Meskipun pemandangan alam dari kota yang dilintasi seperti Prabumulih, Muaraenim dan Lahat tidak bisa dinikmati, namun suasana malam di kota-kota tersebut cukup menghibur yang memancarkan cahaya lampu malam beraneka warna.
Tepat seperti dugaan, kami sampai di Pagaralam pukul 05.00 WIB, langsung menuju hotel yang dipesan online sebelumnya. Setelah bersih-bersih dan shalat subuh kami menikmati sarapan dari hotel dengan penerapan protocol covid sangat baik, satu meja hanya ada dua kursi, makanan disajikan pegawai hotel yang mengenakan sarung tangan, masker dan face shield. Di meja disiapkan sendok garpu terbungkus tissue.
Usai sarapan kami menuju alun-alun yang ada di depan hotel. Udara Pagaralam sangat sejuk, tiupan angin seolah-olah mengantarkan salju ke wajah hingga dinginnya menusuk tajam. Kami berlari-lari kecil mengelilingi alun-alun hingga mendapatkan keringat yang cukup banyak barulah kami berkemas untuk mendatangi destinasi wisata.
Terdapat banyak tempat wisata yang indah dan menarik, seperti perkebunan teh Gunung Dempo, beberapa air terjun, aliran sungai yang jernih, taman-taman bunga dan lain sebagainya. Namun karena tujuan utama kami adalah Agrowisata Tanjungsakti, maka kami tak menghiraukan yang lainnya.
Perjalanan menuju Agrowisata Tanjungsakti hanya memakan jarak tempuh tak lebih dari tiga puluh lima menit dari Kota Administratif Pagaralam. Jalan yang dilalui adalah jalan raya menuju Manna, Bengkulu yang memiliki wisata pantai tak kalah menarik dibandingkan pantai-pantai lain di Indonesia.
Meskipun struktur jalan masih berliku dan naik turun, tapi body jalan sudah lebar dengan aspal yang mulus. Kiri kanan disuguhi dengan pemandangan alam yang keren. Sawah, gunung, sungai bebatuan menciptakan kesan tersendiri. Bagi yang gamang disarankan tidak menoleh ke luar, karena ada beberapa jurang yang cukup curam dan dalam. Namun bagi pemilik jiwa petualang hal tersebut menciptakan kesan tersendiri.
Perjalanan kami tidak menemui kemacetan sama sekali. Sehingga tiba di lokasi lebih cepat, pukul tujuh pagi lebih sedikit. Sebelum memasuki kawasan parkir kami berdecak kagum melihat rumah panggung besar dan luas, rumah tersebut tak lain adalah rumah orang tua pemiliki kawasan wisata. Berwisata ke Agrowisata Tanjung Sakti memang istimewa, tanpa dipungut biaya masuk, hanya dikenakan parkir sebesar Rp 5.000,-. Hal ini sangatlah menyenangkan, karena jarang ditemukan di tempat lain.
Menurut informasi dari petugas parkir, pernah mereka mengenakan biaya masuk sebesar sepuluh ribu rupiah, namun pemilik kawasan wisata tidak berkenan, akhirnya diputuskan kembali bahwa pengunjung hanya dikenakan parkir lima rupiah rupiah saja.
Memasukki kawasan wisata, pemandangan luar biasa langsung menyambut, nun jauh di sebelah kira bawah terdapat air terjun eksotik asli buatan tuhan, sementara di kaki tangga terdapat kolam renang berbentuk gambar "love" yang belum diresmikian penggunaannya, dan di sebelah kanan terdapat air terjun buatan yang tampak alami dengan tenda-tenda santai untuk menikmati pemandangan air terjun.
Berkunjung ke sini tidak puas jika tidak mandi. Air dingin yang mengalir jernih di bebatuan alam, udara yang sejuk, angin semilir menerpa dan gemercik suara air jatuh betul-betul membuat kami tak hendak beranjak dari destinasi ini. Bahkan anak perempuanku sempat membuat pengunjung terperangah saat ia terjun mengikuti jatuhnya air terjun setinggi enam meter. Aku hanya geleng-geleng menikmati kegembiraannya yang tiada terhingga.