Angin di atas Musi menyapu mendung
Hujan membasahi air mata bernanah meneteskan duka,
sambil mencari jejak cintaku yang terkoyak yang diterbangkan setan jalang menuju hutan alas roban
Peluh bercucur di sepanjang tepian Sungai Musi tempat engkau melulur sekujurku dengan buaian dusta
tak membatasi umur birahi
Sungai Musi terus mengalirkan air tak jernih
Sumpah serapah mengambang di anganangannya,
perih menggigit setiap datang kemambang tajam menyayat yang menyisirku menuju jejakjejak kesakitan
pagi, siang dan petang
Sebenarnya, aku tak hendak beranjak pergi,
karena ibu menggenapi setiap tarikkan nafasku