Lihat ke Halaman Asli

Dues K Arbain

Menulis untuk membungkam pikun

Cerpen | Tikus

Diperbarui: 5 September 2018   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Kompal

Akulah tikus. Yang hidup dan mencari makan di rumah tuan besar. Aku tidak sendirian, banyak tikus-tikus lain yang menumpang hidup di rumah tuan besar. Bahkan bukan hanya golongan tikus saja, di sana ada  kecoa, kumbang, burung gereja, walet,  hingga kucing yang muncul sesekali.

Suatu ketika tuan besar ingin mengadakan pehelatan untuk memilih penghuni rumah paling populer.  

Aku, sebagai tikus  senior di rumah tersebut menyambutnya dengan gembira. Apalagi pesta besar  digelar di negeri Kucing, yang selama ini gemanya hanya kudengar lewat cerita saja.

"Aku harus ikut, dan harus menjadi pimpinan rombongan, agar kelak semakin populer dan tuan rumah semakin sayang padaku," pikirku.

Kali ini pilihannya ke kota para Kucing, kota bersahaja tempat segala macam budaya.

Pertemuan ini sangat penting dan menurut para tikus itulah even kebersamaan, maka semua tikus penghuni rumah tuan besar bersorak gembira.  Mereka antusias menyambut gelaran tahunan tersebut. Mereka ingin memahami kehidupan para kucing yang selalu menjadi momok menakutkan bagi mereka.

Salah satu tikus senior yang sudah malang melintang di rumah tuan besar, bahkan sengaja dipelihara tuan besar untuk selalu meramaikan rumah besar tersebut, seperti  biasanya langsung  mengambil inisiatif menjadi pahlawan. Kalau di dunia manusia, ia sudah dinobatkan menjadi non panitia terbaik, karena tidak terdapat dalam susunan kepanitiaan, tapi aktifnya luar biasa. Ia mengkoordinir tikus-tikus yang ingin menghadiri pertemuan  tersebut, lengkap dengan segala cuit-cuitannya yang tajam.

Mulailah ia kasak-kusuk khas tikus, dibujuknya sang tuan besar untuk menyediakan alat transportasi gratisan, lalu ia sibuk menghubungi tikus-tikus lainnya, bahkan dengan garang ia mendesak para tikus untuk menjawab setiap pesan yang ia sampaikan.

Ia pun menawarkan jasa baiknya dengan mencari motel tempat menginap para tikus kelak. Semua yang mau menginap harus membayar lunas sebelum hari keberangkatan.

Maklumlah, bukan panitia tentu saja tidak mau merugi jikalau ada yang gagal bayar. Lah, panitia di dunia manusia saja maunya cari untung. Apalagi tikus.

Mungkin, kalau manusia yang melaksanakan tidak perlu dituntut lunas sebelum tiba di penginapan, karena manusia lebih bijaksana. Zaman modern  sekarang ini mana ada orang membeli kucing dalam karung. Separah-parah penginapan, biasanya hanya meminta uang jaminan untuk satu malam, sisa malam berikutnya saat chek out. Tapi yah sudahlah, namanya juga dunia para tikus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline