Lihat ke Halaman Asli

Dues K Arbain

Menulis untuk membungkam pikun

[Pakam1] Pempek Bik Rohma

Diperbarui: 18 April 2016   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup miskin mengajarkan sabar
Jadi kaya menebarkan pahala
Harusnya

Hujan telah berhenti bersenandung pagi itu. Suasana desa Arisan Musi yang berada di tepi Sungai Musi mulai bergeliat. Para penduduk satu per satu keluar rumah. Aku masih berjibaku di dalam kamar tidur yang berantakkan. Menyusun pakaian dari dalam koper ke lemari. Aku baru tiba di desa ini tadi malam, ingin bertemu Bik Rohma yang pernah menjadi bagian hidupku denganmu.

Cahaya matahari lamat mengintip di celah jendela kayu yang tak rapat. Kumpulan embun masih tertinggal di rerumputan dan helai-helai daun keladi belakang rumah. Aku membuka jendela lebar-lebar. Melihat paras alam sejumput. Aku sedang tak mau menangguk kesedihan. Aku ingin bergembira, ingin bernostalgia terhadap kenangan lama.

“Ah, tak ada yang berubah.”

Aku menatap rumah di pojok jalan ke timur, pondok kecil - tempat Bik Rohma menjual pempek masih berdiri di situ. Tak sadar air mataku menetes menuju kenangan lama. Takkan lupa meski waktu kejam menelan kenangan-kenangan pilu yang kamu muntahkan, Andre.

“Aku mencintaimu.” Katamu waktu itu. Aku hanya terdiam. Kulihat Bik Rohma pura-pura tak mendengar. Ia terus menggoreng pempek untuk disajikan ke bakul-bakul yang sudah kosong.

“Aku akan meminta orang tuaku meminangmu selesai KKN ini.” Lanjutmu serius.

Aku tersedak. Biar bagaimana pun cueknya aku, tetap saja kaget dengan ucapanmu. Mulutku komat kamit merafal ayat-ayat yang kuhafal. Aroma pempek Bik Rohma menusuk hidungku seolah bunga-bunga nestapa menggapai-gapai di sela harapan menjauh dari keperkasaan waktu.

“Dengan apa kamu memberiku makan?” Tanyaku setelah mampu menenangkan pikiran.

“Aku akan mencari pekerjaan.” Jawabmu lantang.

“Semudah itukah?” Aku meremehkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline