Lihat ke Halaman Asli

Dues K Arbain

Menulis untuk membungkam pikun

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren-Aku Tak Layak Mendapatkan Perawan

Diperbarui: 29 Maret 2016   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Episode : Aku Tak Layak Mendapatkan Perawan

 

Kulihat malam menyelimuti Vera. Aku memulung rindu demi rindu memandangi wajahnya nan sunyi. Apakah yang patut aku berikan padamu, sayangku?  Apakah yang sudah aku perbuat untuk kebaikanmu? Hatiku berkecamuk. Keinginan membahagiakan dirinya telah melayangkan anganku ke masa lalu.

Teringat ketika aku meminta Pak Haji Husin menikahkanku dengan Vera, gadis yatim  piatu berparas cantik yang diasuhnya sedari belia. Pak Haji tercenung. Wajah penuh wibawa yang masih terlihat tampan itu tiba-tiba berubah sendu. Ia seperti mencemaskan sesuatu. Tapi itu tak lama. Ia dapat menguasai sedihnya seketika. Sepertinya ia tak mau aku terpengaruh dengan perasaan yang dialaminya.

“Apakah kau sudah siap?” Tanya Pak Haji.

“Umurku sudah empat puluh enam.” Jawabku.

“Bukan masalah umur, tapi apakah kau sudah mengenal Vera lebih banyak?  Vera itu anak yatim piatu, aku sendiri tidak tahu pasti latar belakangnya. Ingat, jika kau hanya menjadikannya sebagai pelarian semata,  kau tidak bersungguh-sungguh berumah tangga dengannya, maka hanya penderitaan saja yang akan kalian alami.” Pak Haji mulai menasehatiku.

 “Aku sudah siap dengan segala kemungkinan Pak Haji.” Kataku.

“Baiklah, jika kau berjanji akan bersungguh-sungguh, aku akan memberitahumu satu hal, yang tidak boleh engkau sebarkan bahkan tak boleh kau katakan kepada Vera sekali pun.” Ia menataku tajam.

“Saya berjanji Pak Haji.”

“Vera, adalah korban kebrutalan manusia bejat. Orang tuanya dibunuh perampok di depan matanya. Lalu dia diperkosa oleh salah seorang perampok berhati iblis. Saat itu umurnya baru empat belas tahun. Dia dibawa ke pesantren ini dalam kondisi depresi parah. Jiwanya kosong, labil, sulit diajak bicara, bahkan menggerakkan bibir pun hampir tak bisa.” Pak Haji berhenti sejenak menatap mataku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline