Lihat ke Halaman Asli

Dues K Arbain

Menulis untuk membungkam pikun

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren - Pelarian

Diperbarui: 29 Maret 2016   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Episode : Pelarian

Tatap lekat
Cinta hitam berkubang pekat
Pedih mencekat
Takdir hanya lintas terlihat
Menjulangkan angan-angan penguat

 

Kepedihan sering menggiring sembilu mengiris hati. Ia bermain mencumbu kenangan demi kenangan. Perkawinanku yang belum menghadirkan buah cinta hanya menampakkan kenikmatan-kenikmatan semu. Tapi bukan itu penyebab hampanya jiwa, melainkan cintaku yang tak pernah terbunuh meskipun belati telah ditikamkan.

”Bang, minum obatnya,” pintamu.

”Oh, iya hampir lupa,” aku segera menyambut obat yang kamu berikan.

Aku tersenyum memandang kamu, Vera. Kamu sudah merawatku sejak kita menikah. Perhatian dan kasih sayang yang kamu berikan melebih dari yang aku harapkan. Bahkan dalam mimpi pun tak pernah kudapatkan wanita seperti kamu.

Kita menempati rumah mungil di belakang Pesantren Mardhotillah. Di sampingnya ada sungai kecil yang airnya gemercik mengalir dari Gunung Dempo. Hamparan sawah dengan padi menguning di kaki gunung bagaikan permadani indah.

Aku selalu menyemaikan bibit sayur di halaman rumah, bahkan di pinggir-pinggir sungai tempat aku biasa mandi sebelum azan subuh. Sesekali, aku mengajak kamu mandi bersama sambil mencipratkan air sekedar membakar kenakalan lelakianku.

Ada bongkahan batu besar yang biasa kamu gunakan untuk duduk sambil mengusap sabun ke sekujur tubuh. Dari situ dengan leluasa kamu dapat menikmati gemuruh air terjun di bawah jembatan sebatang bambu. Lalu menjuntaikan kaki ke air serta membuat percikan-percikan manis ke arahku.

“Ver, hatiku akan beku jika dinginnya air yang kamu cipratkan terus membasahi tubuhku.” Kataku merengut manja sekedar untuk menggoda. Sejenak kamu menghentikan gerakan kaki, tapi tak lama kamu jungkitkan kembali kaki untuk melemparkan air ke arahku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline