Lihat ke Halaman Asli

Dues K Arbain

Menulis untuk membungkam pikun

[100Puisi] Mak Sinah, Pemetik Daun Teh

Diperbarui: 17 Februari 2016   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mak Sinah, Pemetik Daun Teh (Dok.Pribadi)

Mak Sinah pemetik daun teh
Senja ini matanya berlinang
Ia hanya sanggup memetik selehai daun teh
Untuk berkirim khabar pada suami di sorga
Angannya menukik menembus ruang dan waktu
Menjelmakan alam tempat  bersemayam

Mestinya, cahaya matahari yang biasa berkeretap penuh harap
Dapat membawanya kembali pada langit merah
Berpijak di terang tanah lembut bercakrawala

Pak.” Desah lirih suara Mak Sinah
Terimalah sehelai daun teh ini
Ia hanya sehelai, tapi begitu indah untukmu
Aku tahu, kamu sangat menyukainya
Helainya selalu menyampaikan sepotong rindu yang entah kapan berlabuh.”

Lalu Mak Sinah tersungkur dalam angan-angan malam berbaur dingin
Ia menggenggam daun teh yang tak sampai pada jasad suami
Dada tipis habis dikikis gelombang kehidupan yang melenyapkan pundi-pundi panorama
Buliran air mata sudah tersapu cairan logam nan pedih
Ia berteriak :

Pak…,
Pergi kemana buih yang terhempas debur ombak?
Pergi kemana helai daun teh hijau – basah – lembab tapi menyejukkan?
Yang sarinya membawa kerumunan orang-orang ke arahku
Yang harumnya menebar di lorong-lorong angkasa.”

Mak Sinah pemetik daun teh
Sudah puluhan tahun mencengkramkan jemari rapuh pada dedaunan
Tubuh gemetar, lemas dan lumpuh dalam kesendirian
Seperti rembulan berputus asa ditinggalkan gemintang
Seperti subuh yang meninggalkan malam demi memburu pagi

Mak Sinah kehilangan tegar di ujung langit semburat ungu
Hidup penuh keikhlasan
Tidak menuntut
Tak ada yang perlu disesali, atau ditangisi
Tapi itu tak cukup untuk menerbitkan terang hadirkan senang

Ketika hari semakin senja
Mak Sinah berjalan perlahan memungut serpihan hati kosong
Ia pamitan pulang bersama malam beringsut menahan lapar
Ia tak berhenti menggenggam seutas tangis
Menunggu isyarat nafas tersengal dijemput suami dari pedih riwayat daun teh

Ah,
Senja di timur matahari telah ditutup oleh gumpalan awan-awan hitam
Selarik kilat menyambar tubuh Mak Sinah
Lalu ia sirna bahagia membawa daun teh untuk suami tercinta




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline