Nun jauh di ufuk barat, sang surya sudah menenggelamkan dirinya. Kerlap kerlip cahaya lampu Jembatan Ampera tak membantu diriku menemukan keindahan. Ganasnya deburan ombak Sungai Musi akibat dari kencangnya tiupan angin berpadu derasnya arus, tetap terasa kosong, hambar dan tak bermakna. Sementara lalu lalang kenderaan yang melintas, sama sekali tak mengusik kehampaan bathinku. Aku terus memandang jauh, dengan sesekali tersenyum, sesekali berurai air mata.
===
Teringat ketika aku memutuskan menikah dengan kamu, aku telah bersumpah untuk menerima apa adanya, karena kamulah pilihanku. Apalagi ibuku sangat suka sama kamu.
"Serasih sekali" bisik Ibu saat melihat kamu menyambut kami dalam acara lamaran itu.
"Tapi aku sedikit gundah, bu" jawabku
"Kenapa?" tanya ibu