Lihat ke Halaman Asli

Dues K Arbain

Menulis untuk membungkam pikun

Terpuruk Lara

Diperbarui: 14 Oktober 2015   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Nun jauh di ufuk barat, sang surya sudah menenggelamkan dirinya. Kerlap kerlip cahaya lampu Jembatan Ampera tak membantu diriku menemukan keindahan. Ganasnya deburan ombak Sungai Musi akibat dari kencangnya tiupan angin berpadu derasnya arus, tetap terasa kosong, hambar dan tak bermakna. Sementara lalu lalang kenderaan yang melintas, sama sekali tak mengusik kehampaan bathinku. Aku terus memandang jauh, dengan sesekali tersenyum, sesekali berurai air mata.

 

===

 

Teringat ketika aku memutuskan menikah dengan kamu, aku telah bersumpah untuk menerima apa adanya, karena kamulah pilihanku. Apalagi ibuku sangat suka sama kamu. 

 

"Serasih sekali" bisik Ibu saat melihat kamu menyambut kami dalam acara lamaran itu.

 

"Tapi aku sedikit gundah, bu" jawabku

 

"Kenapa?" tanya ibu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline