Lihat ke Halaman Asli

Agar Siswa Sukses, Indonesia Butuh Guru "Sakti"

Diperbarui: 5 April 2016   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Ujian Nasional tingkat SMA. Sumber: print.kompas.com"][/caption]Pada tanggal 4-6 April  Ujian Nasional (UN) jenjang SMA/SMK/MA akan dilaksanakan. UN tahun ini  menjadi berbeda dengan UN sebelumnya. Mengapa demikian? Karena UN tahun ini harus terhindar dari adanya gosip  “tim sukses”  yang identik dengan ketidakjujuran. 

Sebaliknya UN tahun ini harus lebih memunculkan indeks integritas sekolah. Tim sukses tahun ini harus identik dengan kejujuran UN dengan  wajah baru gerakan kolektif menuju UN yang jujur. Integritas kolektif warga civitas akademika sebaiknya menjadi skala prioritas dalam setiap UN.

Berdasarkan data dari Kemdikbud  ada  5 daerah yang memiliki Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) tertinggi adalah Kota Yogyakarta, DIY 82,37%. Kemudian Kabupaten Pangkalpinang, Bangka Belitung 81,32%. Serta, Kota Magelang, Jawa Tengah 81,26%, Kabupaten Belu, NTT 80,61%, dan terakhir Kabupaten Kaimana, Papua 80,37%. 

Bila kita perhatikan dari data Kemendikbud di atas nampak dengan jelas bahwa IIUN Jawa Barat tidak masuk urutan  tertinggi. Padahal IIUN menjelaskan tentang sisi kejujuran dan mentalitas kolektif setiap sekolah.

Demi perbaikan dan citra integritas kejujuran sekolah di Jawa Barat sebaiknya  pada tahun  ini IIUN Jawa Barat  dapat meningkat lebih baik.  Semoga tidak ada lagi “pesanan” dari para kepala daerah dan kadisdik tentang pentingnya kelulusan 100% melainkan berubah paradigma tentang pentingnya IIUN. Kejujuran lebih manusiawi dibanding kelulusan, kejujuran lebih menjelaskan keberhasilan pendewasaan siswa dibanding kelulusan.

Agar habituasi kejujuran dan suksesnya kelulusan  akademik di sekolah berjalan normal dan istimewa maka dibutuhkan guru-guru  yang “SAKTI”. Guru yang  sakti  adalah guru yang Sehat, Agamis, Kompeten, Terampil dan Inovatif (sakti). Guru adalah kunci dari suksesnya membangun karakter siswa.  

Pribadi dan sosok yang paling dekat dan hampir setiap hari bertemu dengan siswa adalah guru. Kepala daerah, kadisdik bahkan kepala sekolah tidak sedekat guru dalam mendidik dan mengajar siswa. Mengingat realitas kedekatan ini maka kehadiran  guru ”sakti” adalah sangat penting.

Guru sehat adalah guru yang berbadan sehat dan mengagungkan akal sehat, segala hal ketidak jujuran tak pernah terlihat dari dirinya. Ia menggiring siswanya sehat dalam segala hal, termasuk dalam kejujuran UN. 

Guru agamis adalah guru yang menjunjung tinggi  ajaran agama yang dianut dan memperlihatkan dalam keteladanannya. Guru agamis  akan mengutamakan kejujuran dibanding kelulusan karena proses baik lebih penting dari hasil

Selanjutnya guru kompeten adalah guru yang memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan siswanya. Secara formal guru kompeten identik dengan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. 

Guru kompeten  akan menularkan seluruh potensinya sehingga  tak perlu lagi siswa berbuat tidak jujur termasuk dalam UN. Guru tidak kompeten akan melahirkan generasi tak kompeten maka bila UN menyontek bisa jadi karena guru tak kompeten dalam mengajari pengetahuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline