Lihat ke Halaman Asli

SBY Ingin Menjadi Guru

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh : Dudung Koswara, M.Pd

Ada yang menarik dari pernyaataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat penulis menghadiri peringatan Hari Guru Nasional (HGN) yang ke-68, Rabu 27 November 2013 di Istora Senayan Jakarta bersama ribuan para guru lainnya. Penulis menangkap dengan jelas apa yang disampaikan oleh Sang Presiden.

Presiden SBY diantaranya menjelaskan bahwa Ia berkeinginan menjadi guru setelah lengser dari jabatannya sebagai presiden. Ia menyatakan guru adalah profesi terhormat. Menurutnya pas baginya menjadi guru setelah dua periode jadi presiden. Ia “memohon” pada Ketua PB PGRI Dr. Sulistiyo ingin dan bangga bila kelak dapat mengabdi menjadi guru dan dapat mengenakan baju seragam PGRI.

Seorang presiden “bercita-cita” ingin menjadi guru? Ini sebuah pernyataan yang “menyadarkan” komunitas para guru.Menyadarkan para gurubetapa berharga dan terhormatnya menjadi guru. Pernyataan Presiden SBY ini memberikan pesan mendalam bagi komunitas para guru di republik ini.

Mari para guru untuk memaknai cita-cita Sang Presiden yang ingin menjadi guru. Bukan makna politis yang harus kita tangkap melainkan makna strategis dari eksistensi profesi guru. Penulis sepakat dengan persepsi Presiden SBYbahwa guru adalah profesi terhormat.

Bila profesi terhormat dipenuhi oleh orang-orang terhormat yang dilandasi kompetensi mumpuni penuh cinta kasih maka bangsa ini akan terhormat dimata dunia. Guru yang terhormat seperti Een Sukaesih, Sang "Guru Qalbu" dan Muslimah Hafsari, Sang “Guru Laskar Pelangi" akan terus menginspirasi karena menggambarkan realitas kemuliaan seorang guru.

Berpikir ulanglah para guru yang tidak percaya diri menjadi seorang guru. Berpikir ulanglah para guru yang menganggap profesi guru sebagai pekerjaan pelarian. Berpikir ulanglah para kepala sekolah yang enggan kembali menjadi guru. Berpikir ulanglah para guru yang meninggalkan ruang kelas karena malas menjadi guru. Mulialah para guru honorer yang ikhlas dan tetap semangat ditengah keterbatasan pemerintah dalam memperhatikan kesejahteraan dan “diskriminasi” internal di satuan pendidikan.

Berpikir ulanglah para guru yang setengah hati dalam menjalankan profesinya. Bila merasa tidak terhormat menjadi guru sebaiknya segera mengundurkan diri karena hanya akan membebani dunia pendidikan dan mereduksi kemuliaan/kehormatan profesi guru. Tidak mungkin seorang guru yang terhormat datang ke kelas terlambat dan pulang lebih cepat. Tidak mungkin seorang guru yang terhormat memperlakukan peserta didiknya dengan tidak terhormat.

Anies Baswedan (Kompas, 28/11/13) menyatakan,soal guru adalah soal masa depan bangsa. Gurulah kelompok yang palingawal tahu potret masa depandan gurulah yang bisa membentukpotret masa depan bangsa Indonesia. Cara sebuah bangsa memperlakukan gurunya adalahcermin cara bangsa memperlakukan masa depannya.Maribangun kesadaran kolosal untuk menghormati guru.

Semoga pernyataan Presiden SBY yang bercita-cita menjadi guru pasca jabatannya sebagai presiden menjadi “kado” kehormatan bagi profesi guru. Di ulang tahun guru Indonesia yang ke-68 semoga para guru di republik tercintaini semakin bertumbuh lebih baik. Mari para guru untuk menghormati profesi dengan penuh percaya diridan teruslah meningkatkan kemampuan diri.Percaya dirilah sebagai guru karena pada hakekatnya menjadi guru adalah menjadi pribadi terhormat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline