Lihat ke Halaman Asli

Kharly Oktaperdana

Seorang birokrat biasa di dunia fana.

Untitled

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untitled”

Zoon politicon” kata Plato yang amat terkenal. Manusia memang makhluk sosial, bermasyarakat, berkumpul dan berinteraksi. Dalam interaksinya itulah diperlukan sebuah sistem sosial agar terjamin masing-masing kesejahteraannya. Lazim kita mendengar istilah dengan kata “sosial”, ada sosialita, negara sosialis, sosialisme, jaringan pengaman sosial, jaminan sosial tenaga kerja. Hm, kata “sosial” memang sesuatu ya.

Oh iya, terkait kenaikan BBM yang tertunda ternyata berdampak sistemik pada kata tersebut. Apalagi kalau bukan kesejahteraan sosial yang makin menurun dibantu dengan bantuan sosial bernama BLT. Oh iya, keadilan sosial merupakan salah satu dari sila pancasila. Jadi merupakan kewajiban kita untuk menciptakan keadilan sosial.

Yang ada di pikiran saya ketika mendengar kata sosial adalah penduduk miskin. Hal ini berhubungan dengan rasa peduli kita terhadap sesama manusia. Lalu jika masih ada penduduk miskin apakah kita kurang peduli. Hal ini secara nisbi benar dengan syarat si Miskin itu benar-benar telah berusaha, maka si Kaya yang kurang peduli.

Penduduk miskin erat kaitannya dengan ekonomi. Lalu apa penyebabnya, salah satu yang terkenal bahwa masalah ekonomi yang paling besar adalah masalah kelangkaan. Benarkah?

Si Miskin merasa memiliki ekonomi sulit karena memiliki kelangkaan materi atau uang. Benarkah uang itu langka? Menurut saya tidak. Uang itu hanya mengalir disitu-situ saja. Sesuai dengan teori yang sering kita dengar bahwa dunia ini hanya dikuasai segelintir orang saja. Disanalah uang itu berada.

Jadi yang menjadi masalah ekonomi utama bukan kelangkaan tapi ada distribusi yang tidak merata.

Dalam kehidupan beragama khususnya Islam. Hampir semua dari rukun Islam yang lima berhubungan dengan sosial. Hanya syahadat yang bisa dilakukan dan untuk diri sendiri. Selebihnya harus bersosialisasi. Sholah harus berjama'ah, berpuasa juga untuk merasakan kepedulian si Papa dengan menahan diri dari hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar shodiq hingga terbenam matahari, zakat pun tak lepas dari pemerataan kesejahteraan sosial, haji pun berkumpul dengan semua Muslim seluruh dunia.

Hal yang digarisbawahi adalah tentang pemerataan distribusi. Sejak dulu telah ada pajak untuk pemerataan distribusi, ada subsidi, dan dalam Islam ada zakat, infaq dan shodaqoh.

Namun lagi-lagi masalah penyalurannya yang selalu bermasalah, pajak sudah ditarik namun penyalurannya melalui APBN dan APBD terfilter oleh saringan kantong-kantong pribadi, subsidi kurang tepat sasaran atau tepatnya yang kaya makan hasil subsidi dan penyalurang zakat, infaq dan shodaqoh masih jelek. Seringnya zakat, shodaqoh, infaq hanya mengendap di masjid dan tidak mengalir.

Jika dilihat akhir-akhir ini kepedulian sosial makin luas, adanya corporate sosial responsibility(semoga tetap ikhlas, bukan pencitraan), adanya komunitas sosial, seperti Komunitas Tangan Di Atas, Al-Falah STAN, Ruqun STAN, dan lainnya. Kepedulian sosial makin banyak. Yuk jangan kalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline