Lihat ke Halaman Asli

Dudu Abdussomad HM

Pemerhati Sosial, Politik dan Budaya

Kepemimpinan Nasional: Dilema antara Popularitas vs Kualitas

Diperbarui: 25 September 2023   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

disway.id

Pemilu 2024 semakin mendekat, dan perbincangan tentang kepemimpinan nasional semakin hangat. Dalam situasi seperti ini, muncul dilema di benak kita, apakah kita memilih pemimpin berdasarkan popularitas atau kualitas?

Pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif, dan pemilihan kepala daerah semuanya menjadi ajang di mana kita harus berpikir secara serius tentang kriteria apa yang seharusnya menjadi landasan dalam memilih pemimpin. 

Popularitas seringkali menjadi daya tarik yang tak terelakkan dalam dunia politik. Dalam era media sosial yang semakin berkembang, seseorang dapat dengan cepat menjadi viral dan mendapatkan popularitas yang besar hanya dalam waktu singkat. 

Namun, popularitas ini tidak selalu mencerminkan kemampuan dan kualitas seorang pemimpin. Kita seringkali melihat orang-orang yang terpilih menjadi pemimpin hanya karena popularitas mereka di media sosial. 

Mereka mungkin memiliki jumlah pengikut yang besar dengan visibiltas yang kuat di platform-platform tersebut. Namun, popularitas semacam ini seringkali hanya bersifat sementara jika tidak diikuti oleh kemampuan kepemimpinan yang memadai. 

Dalam mencari pemimpin nasional, kita harus memastikan bahwa popularitas seseorang tidak menjadi satu-satunya faktor penentu. Kemampuan kepemimpinan yang solid, keahlian, dan integritas yang tinggi harus menjadi pertimbangan utama. 

Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tugas-tugas yang akan dihadapi dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dalam menghadapi tantangan yang kompleks. 

Meritokrasi, dengan penekanan pada prestasi dan kompetensi, dapat menjadi solusi untuk dilema antara popularitas dan kepemimpinan yang berkualitas. Dalam meritokrasi, calon pemimpin dinilai berdasarkan kualitas dan kemampuan mereka, bukan hanya sekedar popularitas mereka. 

Kriterianya tidak hanya terbatas pada popularitas di media sosial, tetapi meliputi rekam jejak kerja, pengalaman, dan prestasi yang telah mereka capai. 

Namun, dalam praktiknya, mengimplementasikan meritokrasi dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional bukanlah tugas yang mudah. Evaluasi objektif dan adil terhadap kemampuan dan prestasi seseorang dapat menjadi tantangan tersendiri. Perlu ada mekanisme yang jelas dan transparan untuk mengukur kemampuan dan kualitas kepemimpinan calon pemimpin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline