Lihat ke Halaman Asli

Dudi safari

Pegiat Literasi

Bank Emok: Bara Dalam Sekam Rumah Tangga

Diperbarui: 12 Juni 2024   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar dari tegas.co

Seperti kita maklum, satu dekade ini masyarakat terkhusus di perkampungan marak dengan "serbuan" dana pinjaman.

Tentu bukan sembarang pinjaman, tapi pinjaman berbunga selangit yang jika dihitung selisih pokok dan bunganya, lebih besar bunganya.

Orang Sunda menyebutnya dengan istilah Bank Emok, tentu bukan nama layaknya sebuah bank namun kosa kata emok dalam bahasa Sunda berarti duduk bersimpuh untuk perempuan Sunda.

Istilah ini muncul karena saat kreditur memberi pinjamannya, para nasabah duduk bersimpuh (emok) maka istilah ini kemudian "Menasional" dan mudah dipahami masyarakat awam.

Jika di masyarakat Sunda ada Bank Emok, maka di tempat lain pun ada dengan bermacam nama lainnya seperti Bank keliling, Bank Plecit, Bank Thitil, Bank Jongkok dan lain-lain.

Kecenderungan masyarakat meminjam ke Bank Emok awalnya dari kondisi ekonomi yang memaksa mereka kemudian menjadi seperti lingkaran setan yang tak berujung.

Zaman pun berkembang, teknologi digital berkembang pesat. Hari ini kreditur mulai melirik cara baru untuk mengembangkan usaha mereka.

Aplikasi pinjam uang online menjadi pilihan favorit untuk menjaring nasabah secara nasional dengan cosh yang relatif murah.

Gayung bersambut masyarakat yang melek teknologi berlomba mengajukan pinjaman lewat aplikasi-aplikasi yang tersedia.

Ada positif-negatifnya dengan perkembangan usaha permodalan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline