Lihat ke Halaman Asli

Dudi safari

Pegiat Literasi

Hoax Hantu yang Tak Terlihat

Diperbarui: 1 Februari 2023   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dari pixabay.com

Hari-hari ini marak berita tentang penculikan anak. Anak-anak di bawah umur kisaran usia sekolah dasar diberitakan banyak menjadi incaran para penculik.

Berita penculikan itu marak tersebar bebas dari mulut ke mulut yang berasal dari info media sosial. Seperti di kota-kota besar Jakarta, Bogor dan Bandung bahkan ada yang di luar pulau Jawa seperti pulau Sumatera.

Maraknya aksi pemberitaan tentang penculikan ini membuat resah para orang tua, ibu-ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar, isi berita sasaran dari para penculik itu adalah anak-anak usia sekolah dasar.

Pesan beruntun ini begitu menghebohkan kemudian ditambah lagi dengan konten-konten yang dikirim di berbagai kanal media massa, terutama media non mainstream yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Namun seperti biasa masyarakat kita adalah masyarakat yang spontan dan cepat dalam merespon berbagai macam informasi walaupun belum tentu kabar tersebut benar atau tidak, bisa jadi berita-berita tentang penculikan itu adalah berita-berita yang bohong, berita yang diada-adakan untuk mencari sensasi dan untuk meramaikan suasana saja.

Penelusuran informasi yang jernih, baik dan bagus adalah salah satu upaya untuk menangkal berbagai macam berita hoax.

Jika tidak mempunyai filter nalar maka berita-berita tentang penculikan, tentang hal-hal yang mengerikan, tentang informasi yang menyesatkan itu akan terus berkeliaran di alam pikiran masyarakat kita, menjelma sebagai hantu yang tak terlihat dan senantiasa akan merongrong kehidupannya.

Terlalu mempercayai berita hoax berakibat pada terhambatnya bekerja, menjadi tidak produktif kemudian memikirkan hal-hal yang belum tentu benar.

Hal ini terjadi karena banyak mengonsumsi berita-berita yang belum jelas, belum tentu kebenarannya.

Informasi yang datang bertubi-tubi walaupun itu berita bohong dan dibagi ulang secara random sehingga banyak yang mengomentari sampai ratusan ribu orang, bisalah hal tersebut menjadi satu kebenaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline