Selayaknya sebuah perjuangan pasti akan banyak rintangan dan halangan namun antara halangan dan rintangan itu ada satu jalan kehidupan abadi buah dari suksesnya suatu perjuangan.
Dahulu budaya kolonialisme sangatlah kental, yang berkuasa menjajah yang lemah, yang kuat bersekongkol dengan para penghianat untuk memanfaatkan kehidupan si lemah. Bahaya laten yang bersumber dari internal dapat lebih mematikan di bandingkan lawan dari luar.
Martir pasti selalu ada dalam setiap perjuangan mereka adalah orang-orang yang rela menderita atau mati untuk sebuah perjuangan. Berapa lama rakyat Indonesia berjuang untuk menegakkan kedaulatan bangsa, lepas dari para penjajah asing.
Beratus tahun lamanya entah berapa juta martir yang telah disumbangkan bagi bumi pertiwi ini.
Puluhan nama pahlawan nasional seperti Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura, Sisingamangaraja dan sederet nama pahlawan nasional lainnya telah memulai meletakkan dasar-dasar perlawanan terhadap para penjajah.
Meskipun buah yang mereka perjuangkan tidak pernah mereka rasakan namun mereka sangat tidak ingin anak cucu mereka hidup dalam penindasan bangsa asing.
Pokok kepahlawanan inilah sedikit demi sedikit memudar di kalangan generasi penerus bangsa, maka benarlah kata pepatah "Memelihara lebih susah daripada memperjuangkan."
Warisan kepahlawanan pendahulu bangsa haruslah tetap menjadi jiwa bangsa ini. Hakikat dari seorang martir adalah dia tetap hidup dalam hati sanubari segenap penerusnya.
Martir bi'ir Mauna
"Hatiku berkata bahwa para sahabatku ini dalam bahaya. Aku cemas mereka tidak sampai ke tujuan."